Lihat ke Halaman Asli

Bias Luluh Bintang

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rembulan,
Kita saling bertatapan malam ini,
Pendarmu menyejukkan mataku,
Aku tak tau, apakah ada bintang lain yang mengelilingi orbitmu,
Ataukah hanya debu meteor yang terfatamorgana?

Sungguh aku tak tau.....

Yang aku tau, tiap detik kurindukan malam agar dapat menatapmu seperti ini,
Kurindukan pesawat antariksa agar aku dapat sampai padamu secepat mungkin,
Mencium bahagia pasirmu.

Rembulan,
Kukatakan padamu, aku tulus memandangmu,
Aku tak menginginkan satelit lain yang kata orang melebihi keindahanmu.

Cukuplah bagiku cahyamu membutakan pandanganku, menulikan pendengaranku, memenuhi ruang batinku.

Allah, tiada Tuhan selainMu,

Jadikan aku matahari di pagi hari untuk meneranginya,
Jadikan aku beringin di siang hari untuk meneduhinya,
Jadikan aku selimut sutra di malam hari untuk menghangatkannya,
Jadikan aku ....
Jadikan aku ....
Jadikan aku ....

Ya Sayyidina junjunganku,

Ijinkan aku membelai rambutnya saat ia merindu,
Ijinkan aku mengecup keningnya saat kepergianku berjihad,
Ijinkan aku memegang erat tangannya saat kan menghadap syafaatmu kelak,
Ijinkan aku ....
Ijinkan aku ....
Ijinkan aku ....

Wahai sinar lubuk hati.......

Menangislah dibahuku, jika kesedihan kan menahanmu,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline