Siapa pengganti Arcandra Tahar masih teka-teki. Santer tersiar kabar beberapa kubu di pemerintahan memperebutkan kursi kosong ini.
• Golkar
Bos partai beringin Setya Novanto yang sangat berkepentingan kembali ke sektor migas tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyodorkan nama ke Presiden Jokowi. Apalagi status Golkar sebagai aggota koalisi pendukung pemerintah sudah resmi didapat. Setelah babak belur dibelit kasus Papa Minta Saham Freeport, Novanto menyodorkan nama Satya Widya Yudha. Satya Widya Yudha saat ini anggota DPR Fraksi Golkar, anggota Komisi VII yang membidangi sektor energi. Bila Satya dipilih Presiden, jalan Novanto untuk 'cawe-cawe' di sektor energi terbuka lebar.
Program listrik 35 ribu MW yang dikendalikan PLN dengan mudah bisa diatur oleh Golkar. Inilah kesempatan Golkar mengumpulkan bahan bakar politik setelah puasa dua tahun sebagai oposisi. Apalagi target Golkar di Pemilu 2019 adalah keluar sebagai pemenang. Jauh-jauh hari Golkar di bawah Novanto sudah menyodorkan gula-gula dengan akan mendukung Jokowi sebagai capres Golkar 2019. Langkah maju mengambil hati Jokowi, yang bahkan belum dilakukan oleh partai Jokowi sendiri; PDIP.
Sementara di dalam kubu Golkar lainnya ada nama Zainuddin Amali yang juga diusulkan sebagai Meneri ESDM. Zainuddin selama ini dikenal sebagai Golkar kubu Agung Laksono. Kursi Menteri ESDM akan jadi rebutan internal Golkar. Dendam lama pemecatan Zainuddin oleh kubu Aburizal Bakrie akan dilampiaskan ke kubu Novanto yang memang jamak diketahui merupakan kepanjangan tangan Ical.
• PDIP
Sekjend PDIP Hasto Kristiyanto menyalak keras atas kasus kewarganegaraan ganda Arcandra. PDIP menyebut ada yang sengaja menjerumuskan Presiden hingga salah memilih menteri tanpa mengecek status kewarganegaraaan Arcandra. Terbetik kabar PDIP ingin menempatkan Pramono Anung yang lama malang melintang di komisi energi DPR sebagai menteri ESDM. Dengan catatan posisi Sekretaris Kabinet tetap dipegang kader PDIP. PDIP juga menyodorkan nama Dharmawan Prasodjo, teman sebangku kuliah Arcandra sebagai pengganti Menteri ESDM. Darmo, begitu ia biasa disapa adalah kader PDIP yang saat ini duduk sebagai Deputi Kantor Staf Presiden.
• Kubu Hendropriyono
Hendro sebagai pemain di balik layar menjagokan Johanes Widjonarko. Ia adalah bekas Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Setelah SKK Migas dijabat Amien Sunaryadi, Widjonarko turun pangkat jadi Wakil Kepala SKK Migas, sebelum akhirnya diberhentikan Sudirman Said. Johannes Widjanarko dicopot diduga terlibat suap dan terlibat dalam skandal Rudi Rubiandini, Kepala BP Migas tahun 2013.
Widjonarko adalah nama yang disodorkan Hendro kepada Arcandra untuk menduduki posisi sementara sebagai staf khusus Menteri ESDM. Aracandra yang polos itu menyetujuinya. Di balik rencana tersebut, Hendro akan mendorong migrasi vertikal Widjonarko ke posisi Wamen ESDM atau Kepala SKK Migas.
• Kubu Luhut Panjaitan
Luhut mendapat durian runtuh sebagai Pelaksana Tugas Menteri ESDM. Ia tahu posisinya di ESDM tidak lama. Ia pun langsung membuat gebrakan dengan membubarkan satuan tugas non struktural yang ada di ESDM, yang pernah dibentuk Menteri Sudirman Said. Luhut menyodorkan Darmawan Prasodjo, mantan anak buah Luhut saat menjabat Kepala KSP.
Darmo pula yang diminta Luhut membuat kajian soal divestasi Freeport yang diklaim Setya Novanto dan Muhammad Riza Chalid, dua aktor Papa Minta Saham, ikut membantu memuluskan perpanjangan kontrak Freeport. Perseteruan Luhut dengan Hendro akan menyeruak kembali, meskipun untuk sementara akan menurunkan tensi hubungan yang pernah memanas antara Luhut dengan PDIP dalam soal pembentukan KSP. PDIP memang tidak sreg dengan ditempatkannya Luhut sebagai Kepala KSP.
• Kelompok Profesional
Sementara sejumlah akademisi, lembaga studi menggalang opini di media massa untuk meyakinkan Jokowi memilih Menteri ESDM dari kalangan profesional. Sebut saja dimunculkannya nama Dwi Soetjipto (Bos Pertamina), Raden Priyono (mantan Kepala BP Migas), Karen Agustiawan (mantan Dirut Pertamina), Gde Pradnyana (mantan Sekretatis SKK Migas), bahkan Arie Soemarno (mantan Dirut Pertamina, mantan Dirut Petral dan kakak kandung menteri Rini Soemarno). Rekam jejak mereka tak terlalu kinclong, integritas yang diragukan, susah menjaga jarak dengan partai politik dan sulit loyal 100% pada Presiden.
Kasus keterlibatan mereka dalam mafia migas di masa lalu tak terbantahkan. Bikin sakit kepala membayangan mafia migas Riza Chalid dkk kembali lagi menguasai sektor migas. Bancakan, bagi-bagi proyek, tradisi sedot migas untuk kepentingan politik dipastikan akan mewujud. Dan kita semua akan disodori berita Menteri ESDM atau Kepala SKK Migas ditangkap KPK dalam operasi tangkap tangan. Amit-amit jabang bayi!
Jadi siapa yang akan dipilih Jokowi? Kita tunggu saja keputusan Jokowi. Siapapun yg dipilih, yang penting Menteri ESDM yang baru adalah kemauan Jokowi sendiri, bukan demi kepentingan partai, ormas atau pejabat tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H