Lihat ke Halaman Asli

Lambat Menulis, Aku Bisa Mati

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Padatnya pertemuan kerja dari hari ke hari seolah menghilangkan api semangat menulisku. Kadang, uang menjadi begitu berharga dibandingkan menulis disini. Entahlah, mungkin cuman aku saja yang seperti ini. Sesekali kerja dengan gaji maksimal begitu mengesankan. kalau sudah berkeluarga ceritanya pun menjadi semakin menegaskan.

Sudah sekian bulan aku tak menulis, Pikiranku kaku, terjebak oleh batasan-batasan yang tak jelas. Kata demi kata menjadi hilang. Lenyaplah sudah sang singa termakan alam. Rangkaian kata pun berbaris tak teratur. Sesekali nyambung, namun lebih sering tidak. Untaian kalimat tersusun boleh jadi tak bermakna. Tak ada kesan, apalagi menginspirasi sebuah tindakan.

Mungkin, kalangan profesional akan tertawa melihat tulisanku ini. Mereka menganggap wajar. "alah, itu biasa, kawan. Coba bacalah buku sebanyak yang kau mampu. usah berteriak minta tolong sana tolong sini. Mereka tidak akan mendengar. karena hanya dirimu yang tahu.

"Hmm, aku sudah coba,tapi mengapa masih belum semangat juga? seperti semua menjadi tergadaikan dengan pekerjaan. Aku tidak mau mati, kawan. aku masih mau hidup. Aku sudah sekarat, bicaraku di depan umum kembali terbata-bata, mengeja saja sulit.

"hahahahaha, kau hanya terpasung dengan dirimu sendiri, buddy." kencangkan ikat pinggangmu saja,lah. ikatlah dia dengan hati, maka kau kan temukan jawabannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline