Lihat ke Halaman Asli

niqi carrera

ibu rumah tangga

Apakah Gemarikan Solutif Atasi Stunting?

Diperbarui: 2 Oktober 2022   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Stunting merupakan masalah yang menjadi perhatian Bupati Malang Sanusi. Dalam upaya menurunkan angka stunting, orang terpenting di Pemerintah Kabupaten Malang mencanangkan Program Gemarikan. Sosialisasi Gemarikan untuk menurunkan angka stunting ini disampaikan Bupati Sanusi Malang, di Taman Wisata Sengkaling, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Rabu (21/9/ 2022). (www.timesindonesia.co.id, 21/09/2022).

Fakta bahwa generasi saat ini bebas dari stunting merupakan salah satu faktor terbesar dalam ketahanan keluarga. Sementara itu, ketahanan keluarga yang kuat akan mengarah pada ketahanan nasional. Dari apa yang telah kita pelajari, diharapkan akan tercipta bangsa yang maju dan sejahtera.

Menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2021, angka stunting di Indonesia adalah 24.4% (sekitar 5,33 juta anak balita). Pemerintah berencana untuk menurunkan angka stunting di Indonesia pada tahun 2024 dan pada tahun 2030, negara ini akan bebas dari kondisi tersebut.

Tujuan Indonesia untuk menghilangkan stunting pada tahun 2030 masih jauh dari pasti, mengingat tantangan negara saat ini. Bagaimana stunting bisa dihilangkan jika penyebab utamanya, yaitu kemiskinan, justru meningkat?

Masyarakat miskin telah dididik untuk menghindari stunting, tetapi mereka masih kekurangan akses ke makanan bergizi. Oleh karena itu, diperlukan tindakan praktis untuk mengurangi kemiskinan. Kurangnya koordinasi antara upaya pencegahan stunting dan strategi pengentasan kemiskinan, membuat masalah stunting tidak terpecahkan.

Mengingat kemiskinan merupakan masalah yang meluas, langkah-langkah nyata perlu diambil untuk menguranginya. Ada beberapa masalah dengan usulan strategi pencegahan stunting. Pertama, tidak mengatasi akar penyebab stunting, yaitu kemiskinan. Kedua, strategi tidak efektif secara keseluruhan.

Program ini sepertinya lebih seremonial daripada praktis. Dinas Kesehatan telah mengidentifikasi empat faktor yang menjadi kontributor utama stunting, termasuk praktik pengasuhan yang tidak memadai, layanan kesehatan yang tidak memadai, kurangnya akses keluarga terhadap makanan bergizi, dan kondisi air dan sanitasi yang buruk.

Keempat faktor tersebut menjadi prioritas untuk diselesaikan. Kenyataannya adalah bahwa pemerintah melepaskan otoritasnya atas aspek-aspek kunci kehidupan kita kepada individu dan sektor swasta. Inilah akibat penerapan demokrasi kapitalis: elite kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin, dan kelas menengah terhimpit.

Sistem ekonomi kapitalis menempatkan negara dalam peran regulasi, sementara kebutuhan rakyat diserahkan kepada swasta. Demikian pula, demokrasi hanya mampu menghasilkan penguasa dengan mentalitas rakus dan curang. Mereka jelas tidak peduli melayani rakyat - mereka bahkan merampas hak rakyat dan berperilaku tidak adil.

Masalah stunting bukan hanya masalah kekurangan gizi pada balita, tetapi merupakan masalah yang memerlukan perubahan sistemik. Hanya ada satu solusi lengkap untuk masalah kapitalisme: menggantinya dengan sistem Islam.

Penerapan hukum Islam memiliki keterkaitan dan keterpaduan antara hukum yang satu dengan yang lainnya. Hanya penegakan hukum penuh yang akan menjamin masyarakat yang adil dan merata. Ada masalah dengan stunting, yaitu penurunan tinggi badan. Untuk mengatasi masalah tersebut, kita perlu mengintegrasikan hukum Islam ke akarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline