Lihat ke Halaman Asli

Senja yang Kini Kuabadikan

Diperbarui: 26 Mei 2017   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja yang merona disana kembali membawa

Membawa senyummu ke dalam angan

Betapa... manisnya

Fetish, senja tau benar apa yang kusuka

Kusuka darimu, dari dirimu

Tersimpan bukan kusimpan, menjadi bulan-bulanan oleh senyummu

Benar terheran betapa egonya manismu

Mari, kuceritakan lebih jauh bagaimana senjaku terlena bualan kata

Tidakkah kau pernah merasa senja itu waktu yang pas tuk merangkai rindu? Bukan waktu untuk memanggil kembali sikap acuhmu. Sayang rasanya dihabiskan dengan itu. Memang salahku mengharap yang baik atas gagalnya tekad, memang tak semestinya menyalahkan. Paham itu yang membuatku bisa mengenyampingkan apa yang kudapat buruk darimu.

Kutenggelam di alam sepi. Ternyata ada benarnya, malah bentuk kecil dari rasa sayang yang teringat. Rasa nyaman, aura tenang, hal yang kuingat kala kau menerima bentuk itu dariku. Sekedar duduk disampingmu, kau pun mulai bercerita ringan, kisahnya yang itu-itu saja, dan gak ngerti kenapa kau selalu tertawa. Mendengarnya bukan untuk sopanku, tapi kusenang menyertai rasamu. Ingin rasanya, ah sudahlah...

Senja belum bosan kok, aku lanjut ya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline