Lihat ke Halaman Asli

Anjas Permata

TERVERIFIKASI

Master Hypnotist

Membangun Budaya Pola Asuh Anak Berbasis Teknologi Pikiran

Diperbarui: 17 Juli 2022   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mengasuh anak| Shutterstock via kompas.com

"Pikiran anak-anak ibarat spons yang mampu menyerap semua yang dilihat, didengar dan dirasakan" -Anjas Permata

Apakah Anda pernah mendengar istilah "Golden Moment Age"? Rangkuman dari berbagai sumber menyebutkan bahwa Golden Moment Age (Masa Keemasan) ialah waktu atau fase seorang anak dimana pada saat itu otak serta fisiknya mengalami pertumbuhan serta perkembangan yang sangat pesat.

Para ahli ada yang mengatakan bahwa masa keemasan otak seorang anak dimulai pada usia 0--5 tahun, tetapi ada juga yang menyebutkan usia 0 - 7 tahun.

Di saat itu, seorang anak merajut neuron-neuron dalam otaknya yang dilengkapi dengan berbagai sumber informasi melalui panca indera. Berbagai macam stimulus yang didapat akan membentuk jaringan otak dan berubah menjadi kebiasaan, keyakinan, emosi, kreativitas, keterampilan serta karakter atau kepribadian.

Hampir 99% informasi yang masuk ke otak di masa keemasan akan diterima sebagai sesuatu yang benar, karena pada saat itu struktur pikiran belum terbentuk sempurna. Di masa keemasan, otak belum memiliki filter mental atau critical factor yakni bagian dari struktur pikiran yang berfungsi menyaring informasi dan melakukan analisa.

Sebagai contoh, Anda mungkin pernah melihat anak bermain sandal yang diimajinasikan sebagai mobil-mobilan, atau seorang anak memainkan sapu yang dianggapnya sebagai gitar.

Imajinasi-imajinasi tersebut membuktikan bahwa otak seorang anak belum memiliki fungsi analisis. Kalau sekarang kita tiba-tiba bermain sandal layaknya mobil atau sapu seperti gitar, mungkin semua orang bakal menertawakan.

Berangkat dari pemahaman di atas, maka para orangtua seharusnya paham bahwa Golden Moment Age ibarat pisau bermata dua. Jika kita mampu memanfaatkan masa keemasan otak dengan memberikan informasi, sugesti maupun stimulus yang positif, maka tentu anak kita akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang luar biasa.

Sebaliknya apabila orangtua justru banyak memberikan stimulus-stimulus yang bersifat negatif kepada anak misalnya rasa trauma, luka fisik, luka psikis, memberi contoh yang jelek, mendidik dengan kekerasan, dan lain-lain, maka ia akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi sesuai dengan labeling yang telah kita sematkan kepadanya.

Contoh, ketika Anda mengatakan "kamu ini bodoh!", maka seorang anak akan menganggap bahwa dirinya memang bodoh. Saat Anda bilang, "kamu anak nakal!", maka seorang anak akan menerjemahkan bahwa memang dirinya nakal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline