Lihat ke Halaman Asli

Anjas Permata

TERVERIFIKASI

Master Hypnotist

"Tomen Farm" Susu Etawa dari Gunung Anjasmoro

Diperbarui: 23 Agustus 2020   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilik Tomen Farm. Sumber: dokumentasi pribadi

Namanya Igit Setiawan biasa dipanggil Mas igit. Dia salah satu karyawan dikantor saya bekerja (BFI Finance Cabang Jombang, Jawa Timur). Sosoknya sederhana dan terkesan pendiam. Namun dibalik itu semua ternyata dia menyimpan cerita yang mungkin cukup bisa menginspirasi bagi kita khususnya dalam hal berwirausaha.

Tidak semua orang memiliki bakat sebagai wirausaha. Diperlukan kesabaran dan ketekunan dalam menjalani setiap proses. Belum lagi soal waktu, karena posisi mas igit sebagai supervisor marketing yang tentunya juga membutuhkan fokus dalam menyelesaikan target setiap bulan.

Cerita ini dimulai dari ketika mas igit belum bergabung di perusahaan (sebelum tahun 2012), dia memiliki usaha peternakan sapi perah di belakang rumahnya. Wonosalam... salah satu kecamatan di Kabupaten Jombang yang letaknya di kaki lereng Gunung Anjasmoro dengan ketinggian 500-600 mdpl. Selain terkenal dengan berbagai destiniasi wisata pegunungan, Wonosalam juga menjadi daerah yang penghasil produk-produk pertanian, perkebunan serta peternakan.

Awalnya usaha sapi perah yang dijalankan tergolong lancar. Namun karena ada faktor eksternal dan perawatan sapi perah yang cukup extra akhirnya membuat mas igit harus mengakhiri lebih cepat. Dia memutuskan untuk sementara berhenti dari kehidupan wirausaha dan beralih menjadi karyawan profesional. Semua sapi-sapinya dijual dan kandangnya dibiarkan kosong selama beberapa waktu.

" Sukses adalah bangkit dari kegagalan tanpa kehilangan Antusiasme " (Winston Churcill)

Mungkin pepatah dari Winston Churcill diatas yang menjadi salah satu prinsip hidup mas igit. Meskipun sudah pernah mengalami kegagalan dalam menjalankan usaha sapi perah, namun sama sekali tidak menyurutkan semangatnya untuk sekali lagi menjalankan usaha di bidang peternakan dengan konsep berbeda.

Kandang Tomen. Sumber: dokumentasi pribadi

Suatu hari ketika libur kerja, dia berjalan ke belakang rumah. Menatap kandang sapi yang kosong membuatnya terinspirasi dan bertanya dalam diri sendiri "Mengapa tidak saya manfaatkan kandang ini untuk usaha ternak lainnya? Sayang sekali daripada dibiarkan kosong dan rusak."

Tentu dia tidak mau mengulangi kesalahan dua kali, apalagi karirnya di perusahaan terbilang cukup sukses. Akhirnya mas igit memutuskan untuk memulai usaha ternak kambing karena modalnya terjangkau dan bisa dijalankan di sela-sela kesibukan pekerjaan. 

Sejak tahun 2018, dia memulai usaha ternak kambing. Pertama kali membeli 4 ekor kambing ras campuran jawa (kambing kacang). Dengan sistem bagi hasil, mas igit mengajak tetangganya untuk merawat kambing-kambing setiap hari. Mulai dari mencari rumput, memberi makan, hingga membersihkan kandang secara berkala dilakukan oleh mitra kerjanya. Mas igit full time mengurus kambing di hari sabtu dan minggu.

Karena kambing kacang adalah jenis kambing yang cepat bereproduksi, dalam 12 bulan mas igit sudah memiliki 8 ekor kambing. Keberhasilan ini dia kembangkan lagi. Sebagian kambingnya dijual untuk membeli indukan kambing yang lebih bagus (kambing etawa).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline