Lihat ke Halaman Asli

Komnas PA: Penculikan Lewat FB Sindikat Perdagangan Manusia

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1349456941310621137

Penculikan melalui sosial media seperti faceboo

[caption id="attachment_202731" align="alignright" width="360" caption="Katua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait (foto/republika.co.id)"][/caption] k sebenarnya bukanlah fenomena yang baru di Indonesia. Pada tahun 2010 silam, penculikan FB marak terjadi dengan “irama” yang hampir serupa. Kenalan, SKSD (Sok Kenal Sok Dekat), menjalin hubungan secara online,ngajak ketemuan, kemudian menghilang alias diculik oleh pasangan lelakinya. Entah sebatas dibawa kabur, diajak nikah, ataupun menjalin hubungan dan atau bahkan diperkosa.

Seperti yang dialami oleh salah seorang siswi di sebuah SMP swasta di Depok, AAS (nama samaran) baru-baru ini, yang menjadi korban pemerkosaan bermodus “jualan cinta” di dunia maya tersebut. Permasalahan sebenarnya tentu bukanlah soal angka dari duit yang diimingkan pelaku, melainkan lebih karena faktor kegandrungan yang berlebihan dalam melakukan hubungan social di facebook. Barangkali, rang yang kenal lewat FB kemudian diajak ketemuan bagi kebanyakan orang (termasuk AAS) masih diangga sebuah pencapaian yang bagus.

Sehingga, hal itu menjadi sebuah kesempatan emas bagi para pelaku “bisnis” perdagangan manusia untuk menggunakan FB sebagai alat untuk “memancing” korban. Al-hasil, FB pun kini mengintai anak sekolahan. Dan AAS barangkali adalah salah satu korban yang harus menjadi sebuah pelajaran bagi kita semua.

Ketua Komnas Perlindungan Anak Indonesia, Arist Merdeka Sirait, menduga kasus penculikan dan pemerkosaan yang terjadi pada AAS merupakan bagian dari sindikat perdagangan manusia. “Kita menduga orang-orang ini (pelaku)adalah sindikat perdagangan manusia,” KatanyaArist seperti ditulis Detik.com, Jumat (5/10/12). Oleh karenanya Arist meminta pihak kepolisian agar mengusut tuntas kasus yang menimpa AAS tersebut.

Seperti diketahui, kondisi AAS hingga berita ini ditulis sungguh memperihatinkan, Ia tidak dapat masuk sekolah akibat trauma berat yang dialaminya.

"Kita dua hari lalu ke rumahnya untuk memberikan pendampingan. Kondisi siswi itu masih mengalami trauma berat akibat kejadian yang dialaminya,” Arist. Tidak hanya AAS, keluarga korban menurut aris juga mengalami hal serupa. “Keluarga siswi SMP itu juga mengalami trauma, jadi bukan anaknya saja,” katanya.

Polresta Depok Bentuk Timsus

Sementara itu, untuk mengusut kasus tersebut secara tuntas, Polresta Depok mengerahkan tim khusus guna memburu pelaku yang berinisial CP, yang diduga sebagai otak utama dalam kasus penculikan dunia maya tersebut.

Kapolresta Depok, Komisaris Besar Polisi Mulyadi Kaharni mengatakan, selain telah mengerahkan tim khusus, pihaknya juga melakukan langkah koordinasi dengan jajaran Polres Bogor, Jawa Barat, yang menangani kasus ini secara khusus.

“Ya, karena wilayah TKP-nya masuk Bogor, maka kasusnya kami dikoordinasikan dengan pihak sana. Namun kami masih berupaya melakukan pengungkapan,” kata Mulyadi seperti ditulis VIVAnews, Selasa, (2/10/2012.

Mulyadi menduga, pelaku yang tak lain mantan pacar korban dan bekerja sebagai sopir D03 jurusan Parung-Depok, masih berada di wilayah Depok dan sekitarnya. Saat ini, upaya pengejaran itu masih dilakukan.

“Kemungkinan belum jauh. Terkait hal itu, kami juga melakukan upaya penyempitan ruang gerak pelaku dengan menyisir terminal dan stasiun,” katanya.

AAS siswi kelas III SMP swasta di Depok itu diduga diculik dan sempat mendapat perlakuan kasar disertai pelecehan seksual. Selain itu, korban nyaris dijadikan korban traficking oleh CP. AAS disekap selama seminggu di empat tempat berbeda. Dia dipaksa melayani tiga pria dan dipaksa minum minuman keras.

Sambil berharap polisi berhasil mengusut tuntas pelaku dan motifnya, ada baiknya para orang tua mulai berfikir untuk mengontrol anak-anaknya yang sudah ABG. Terutama ketika ia sudah mulai gandrung akan social media dan gemar internetan. Perlu kehati-hatian agar kejadian yang menimpa AAS tidak terulang kembali. Karena saat ini FB mulai mengintai anak sekolahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline