Lihat ke Halaman Asli

Perempuan di Altar Bisamondho

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

aku kenal perempuan itu tiga bulan lalu

sebagai artefak asing dari jaman batu

ketika berdiri mematung mengayun mahkota

mengebul wewangi dupa dari tangkup tangan

mengeja bait-bait mantra di cerug jiwa

menyaksikan tuhan dalam pejam mata

di altar tua Bisamondho

—aku temani dia dengan seonggok sunyi

.

aku kenali lagi perempuan itu tiga hari lalu

sebagai artefak hologram dari jaman teknologi

ketika asyik bertelevisual melalui piranti nirkawat

memendarkan wangi kulit yang bertangkup blaser

mengejawantah simbol kontemporer dari puncak pikir

mempersaksikan tuhan dalam derap efisiensi

di kantin udon Stasiun Urasa

—aku temani dia dengan sejumput sunyi

.

aku lebih mengenal perempuan itu tiga jam lalu

kali ini sebagai artefak tuhan dari masa depan

ketika jemari lembutnya menggamit lenganku

mulut mungilnya membisik manja di telingaku

“Tuhanku lebih bermula dari jaman batu

dan tak berakhir di masa depan

Dia lebih dekat dari tengkuk

namun bukan di pelupuk”

aku terjaga dalam laju kereta ke Stasiun Nagaoka

—Dia masih temani aku kendati dalam sunyi

.

Ma Sun

Minamiuonuma-shi, Niigata, Dec 15th, 2010




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline