Lihat ke Halaman Asli

Harapan yang Tersisa

Diperbarui: 16 September 2018   10:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seperti angin yang berhembus

Terasa namun tak terlihat

Seperti itulah ku mendambakan

Keajaiban kan datang dalam hidupku


Aku berada dalam keadaan dimana aku sudah pasrah atau mungkin menyerah. Dalam hidupku yang tak ada perubahan ini. Bukan tanpa alasan aku menyerah, aku sudah berusaha mencoba bangkit namun selalu gagal. Mungkin inilah takdir Tuhan yang harus ku terima. Bahwa aku telah gagal mengapai impianku.

Namaku rina, aku adalah anak bontot dari 3 bersaudara. Menjadi anak bontot membuatku manja terlebih pada ayahku yang kini telah menjadi almarhum. Kau tau rasanya ditinggal orang tua? Kau tak akan pernah tahu sebelum kau merasakannya. Dan kini aku sudah merasakannya. Rasanya setengah dari hidupku hilang. Mungkin karena aku terlalu bergantung pada ayahku.

Kehidupanku yang kacau berawal dari meninggalnya ayahku. Aku yang saat itu duduk di bangku kuliah. Merasa bingung harus apa dan harus bagaimana. Karena aku saat itu aku menganggur. Aku bingung untuk mendapatkan uang dari mana sedangkan aku tak bekerja. 

Sebenarnya aku sudah bekerja di salah satu mitra pos namun pada saat ayahku meninggal, aku meminta cuti satu minggu pada atasan ku. Namun pada saat aku kembali, sudah ada yang menggantikan posisiku. Dengan berat hati aku melepas pekerjaanku dan inilah awal hidupku yang kacau.


Bersambung....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline