Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya tidak bisa menjalani hidup tanpa kehadiran orang lain, setiap harinya kita pasti melakukan interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok (dalam Muslim, 2013). Proses komunikasi bisa dikatakan ketika komunikasi itu berjalan dengan efektif dan ideal. Komunikasi yang efektif dan ideal adalah ketika saat melakukan komunikasi, kita mempunyai sikap menghargai setiap orang atau individu yang menjadi sasaran pesan yang ingin kita sampaikan, sikap empati dimana kita bisa menempatkan diri pada kondisi yang sedang dihadapi orang lain, sikap yang dapat dimengerti, adanya keterbukaan terhadap orang disekitar dan sikap rendah hati yang kita miliki (Suranto, 2011:80-82). Sayangnya, tidak semua proses komunikasi bisa berjalan dengan efektif. Faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi menjadi tidak efektif adalah ketika seseorang tidak memiliki rasa empati, tidak mau membuka diri dan tidak mau bersosialisasi terhadap sesama. Komunikasi yang tidak ideal dapat timbul ketika individu mendapatkan perlakuan yang buruk. Perlakuan yang buruk tersebut bisa menyebabkan pola komunikasi individu berubah. Pada lingkungan pertemanan kerap kali terjadi tindakan kekerasan, tindakan tersebut dikatakan sebagai perilaku bullying.
Sangat disayangkan, kata "bullying" ini sudah tidak asing lagi, karena banyaknya kasus-kasus bullying yang terjadi di Indonesia. Dikutip dari kajianpustaka.com yang dituliskan oleh Riadi (2018), bullying adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau kelompok yang merasa lebih kuat kepada korban yang secara fisik atau mental lemah dengan tujuan untuk membuat korban menderita. Konteks bullying tersebut tidak hanya dilakukan secara langsung baik fisik ataupun verbal (Tim Sejiwa, 2008) namun juga melalui dunia maya. Menerima perlakuan bullying bisa menyebabkan pola komunikasi korban berubah.
Setelah itu terdapat jenis-jenis perilaku bullying menurut Coloroso (2006), yang dapat dikelompokkan menjadi empat bentuk, yaitu:
1. Bullying secara verbal
Bullying secara verbal adalah bentuk bullying yang sangat sering dan sangat mudah dilakukan. Bentuk bullying secara verbal inilah yang biasanya menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya dan menjadi awal daripada kekerasan yang lebih lanjut.
2. Bullying secara fisik
Bullying secara fisik ini paling sering terjadi dan sangat mudah untuk diidentifikasi, namun bullying ini tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Contoh bullying secara fisik yaitu memukuli, menendang, merusak serta menghancurkan barang-barang milik anak yang tertindas, dan lain-lain.
3. Bullying secara relasional
Bullying secara relasional merupakan bentuk bullying yang dilakukan dengan cara memutuskan relasi-hubungan sosial seseorang dengan tujuan untuk menurunkan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, penghindaran dan pengucilan seperti lirikan mata, cibiran, tawa mengejek dan lain sebagainya. Bullying secara relasional ini adalah bentuk bullying yang sangat sulit dideteksi dari luar.
4. Bullying elektronik
Bullying elektronik ini termasuk bentuk bullying yang dapat dilakukan oleh pelakunya dengan menggunakan sarana elektronik seperti handphone, komputer, internet, chatting room, jenis sosial media lainnya. Bentuk bullying ini biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, gambar atau rekaman video dan film yang bersifat mengintimidasi, menyudutkan dan menyakiti.
Sebuah penelitian mengatakan bahwa seberapa sering individu menerima perilaku bullying memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pola perilaku komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah sebuah proses pertukaran informasi atau pesan antara satu orang dengan orang lain, biasanya terjadi pada dua orang. Dalam komunikasi interpersonal ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan hubungan interpersonal, kepercayaan (trust), sikap (supportif), dan sikap terbuka (Jalaluddin Rakhmat, 1986:129-138). Jika faktor -- faktor tersebut tidak terpenuhi maka hubungan interpersonal kita tidak meningkat dan menjadi alasan seseorang menerima perilaku bullying.
Individu yang mendapatkan perlakuan bullying secara intens akan cenderung memiliki pola komunikasi interpersonal yang tidak ideal. Mengapa bisa begitu? Karena setelah menerima perlakuan bullying individu akan merasa tidak percaya diri, cemas, takut, dan bahkan menjadi pribadi yang tidak terbuka atau menutup diri. Oleh karena itu, jika semakin sering individu menerima perlakuan bullying, maka komunikasi dan interaksi sosial yang akan dilakukan individu atau korban bullying semakin menurun. Dapat dikatakan menerima perlakuan bullying sangat berpengaruh pada pola komunikasi interpersonal korban bullying.
Berikut adalah hal yang dapat kita lakukan ketika menjadi korban bullying.
1. Laporkan kepada orang yang lebih dewasa yang lebih dipercaya
Jika menerima perlakuan bullying kita harus mencoba mengkomunikasikannya kepada orang dewasa yang memiliki kekuasaan seperti orang tua, guru, atau dosen karena biasanya mereka memiliki cara yang lebih baik dalam menangani masalah seperti ini