Lihat ke Halaman Asli

Thania Tama

Mahasiswa ISI Surakarta

Hari Wayang Dunia: Dalang Pulung Menampilkan Wayang Kulit Bertajuk Endang Widaretna di Pendapa ISI Surakarta

Diperbarui: 5 November 2024   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Dalang Pulung menerima sertifikat penghargaan. 

Dalam rangka memperingati Hari Wayang Dunia, ISI Surakarta menggelar pagelaran wayang selama 3 hari berturut-turut. Acara ini dibuka untuk umum, mulai tanggal 1 hingga 3 November dengan lakon yang berbeda setiap harinya. Tak hanya dalang dari Program Studi Pedalangan saja, ISI Surakarta turut mengundang dalang dari luar kota, mancanegara, siswa SD dan SMK, hingga Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI).

Salah satu delegasi dari PEPADI Klaten, Dalang Pulung Wicaksana Nugraha, S.Sn., M.Sn. telah berhasil menampilkan Lakon wayang Endang Widaretna dengan energik. Konflik yang diangkat pada lakon ini sangat serasi dengan perselisihan masa kini. Bahwasanya cinta, harus disertai dengan kebijaksanaan. Wayang ini menceritakan tentang cinta yang melanggar hukum atau norma, pasti akan menuai penderitaan.

Lakon ini mengisahkan tentang tokoh Abimanyu yang telah menikah dengan Siti Sendari, namun masih tergoda dengan gadis cantik bernama Widaretna. Sampai suatu ketika, Abimanyu berniat untuk mencampakkan Siti Sendari. Layaknya seorang istri, Siti Sendari berusaha mencari kejelasan hubungan suaminya kepada Widaretna. Pada Akhirnya di sebuah pertempuran, Widaretna mengorbankan dirinya demi keutuhan cinta Siti Sendari dengan Abimanyu.

Tokoh utama dalam cerita ini, Endang Widaretna, digambarkan sebagai sosok yang teguh dan penuh cinta pada keluarganya, bahkan rela mengorbankan diri untuk menjaga kehormatan dan keselamatan orang yang dicintainya. Lakon ini menyimpan pelajaran mendalam tentang kesetiaan, pengorbanan, dan keteguhan hati. Nilai-nilai ini tidak hanya relevan pada zaman dahulu, tetapi juga sangat penting bagi masyarakat modern.

Di era modernisasi seperti saat ini, pagelaran wayang kulit turut beradaptasi agar tetap bisa menjangkau masyarakat luas. Salah satunya, melalui platform digital seperti siaran Live Streaming. Meski begitu, digitalisasi memiliki tantangan tersendiri bagi seniman. Dalam wawancaranya, Dalang Pulung mengungkap "Setiap daerah mungkin akan menyajikan lakon yang sama, tetapi dengan alur yang berbeda dalam setiap live streaming. Ini agar penonton tidak mudah menebak alur cerita dan tetap tertarik menonton" terangnya.

Meskipun karakter yang dipakai sama, dalang Pulung menegaskan pentingnya memberikan sudut pandang yang berbeda dalam setiap penampilan. "Boleh saja ceritanya dibuat berbeda, asalkan ujung atau pesan akhirnya tetap sama seperti aslinya," imbuh Pulung.

Sebagai Dalang sekaligus anggota PEPADI Klaten, Pulung berpesan agar generasi muda turut menjaga dan melestarikan wayang sebagai identitas yang memperkuat jati diri bangsa. Harapannya kesenian wayang terus berkembang dan menjadi rumah sepanjang masa. Wayang tidak hanya menjadi tontonan, namun juga tuntunan untuk mengajarkan nilai-nilai kehidupan.

Penulis: Thania Nur Laila Tama & Pradiva Sonika Flourananda

Mahasiswa ISI Surakarta, Program Studi Film & Televisi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline