Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Dahlan

TERVERIFIKASI

Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Memaksa Bahagia

Diperbarui: 29 November 2019   15:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memaksa Hati Bahagia

Catatan Thamrin Dahlan

Memang bisa memaksa hati, bukankah suasana hati itu domain kekuasaan Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa.  Memaksa hati agar bahagia dalam artian seseorang itu tenang, senang, gembira, tidak gelisah dan ceria menurut hemat saya bisa diusahakan.

Ceritanya begini. Jum'at 29 November 2019 entah mengapa pagi itu perasaan hati kurang enak. Seperti diajarkan Almarhum Ayahanda H Rd. Dahlan Bin Affan : Bersedekahlah.  Baiklah. Berpakaian olahraga tak lupa menyiapkan dana untuk sedekah. Mulai berjalan di sekitar lingkungan perumahan Bumi Harapan Permai sesuai route rutin.

Ketika berpapasan dengan sahabat dhuafa segera disampaikan sedekah. Ada yang sudah dikenal dan adapula yang baru pertama bertemu. Jumlah dana yang diberi cukuplah untuk sekali makan. Perasaan hati ini mulai tenang. Lapang rasanya. Alhamdulillah, saya terus berjalan bertemu dengan Pak Dewa. Sejenak mengambil dokumentasi foto Taman Obat di depan pekarangan rumah Pak Adit RW 06 Kelurahan Rambutan.

Olahraga jalan kaki santai dilanjutkan. Keringat sudah mulai membasahi kaos. Menuju kedai kopi dengan harapan bisa bersua teman ngobrol. Ternyata sepi sepi saja terpaksa ngopi kapal api panas sendirian sembari melingok whats app. Ada berita dari Haji Hamid, ditunggu di kantor Kelurahan Dukuh acara pembahasan Musrenbang 2020. Bersebab masih ada waktu cukup lama menjelang Shalat Jum'at bersegera mendampingi shohib.

Perasaan hati ini mulai berbunga bunga.  egera saja melaksanakan kegiatan bermanfaat bagi warga se erwe.  Sesampai di kantor Kelurahan Pak Hamid sudah bersiap siap memparkan rencana pembangunan RW 06  Tak lama Mas Haryoko Sekretaris RW tiba, kami maju kedepan berdiskusi denan pejabat keluaran.

Kebetulan Pak Asnami Lurah Kampung Dukuh hadir, maka silaturahim bernuansa musrembang menjadi semakin cair dengan cara salin mendengarkan aspirasi warga.  Inilah yanh dinamakan bottom up.  Sementara dari pihak pemerintah menerima semua usulan pembangunan namun dengan catatan disesuaikan dengan priorotas serta ketersediaan dana (Top Down).

Alhamdulillah pesan Ayahhanda saya laksanakan dan hati ini semakin senang ketika bersua dengan Si Mbah di perapatan menuju rumah.  Sedekah ditunaikan. Mbah Sinem adalah salah seorang warga sebelah yang selalu mendoakan kami sekeluargadan juga warga sekitar kampong Bojong.  Entah berapa usia si Mbah amun dilihat dari kondisi tubuhnya yang semangkin merendah atau membungkuk saya perkirakan sudah mencapai 90 tahun.

Saudara bahagia itu bisa dipaksakan dalam makna diusahakan.  Saya sudah acap menata hati ini dengan memaksa diri ber sedekah.  Upayakan se ikhlas mungkin menghrap redha Allah SWT. Perlu diingat bahwa dalam rezeki yang diterima dari Tuhan Yang Maha Pemberi sebagian milik saudara dhuafa kita.  Paksalah diri sehingga menjadi kebiasaan dan bahagia itu adalah kesejatian yang layak kita terima ketika gemar berbagi untuk sesama.

Salamsalaman

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline