Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Dahlan

TERVERIFIKASI

Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Dari Buah Tangan ke Tanda Tangan Berakhir di Garis Tangan

Diperbarui: 10 Maret 2019   21:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber karangkraft

Acap acaplah memberi buah tangan kepada tetangga, teman atau kepada siapa saja sebagai tanda kasih.  Buah tangan bisa berupa buah buahan, sayur sayuran, gulai, roti atau apa saja yang bisa dimakan.  Selain itu buah tangan bisa juga berbentuk baju, kain sarung atau aksesoris apa saja yang cocok kiranya untuk si penerima.

Buah tangan sejatinya adalah tanda kasih sayang. Itu saja tanpa ada maksud tertentu memberi sesuatu kepada orang.  Seorang ayah  baru pulang kerja acap sekali membawa martabak, pisang goreng atau penganan lain untuk keluarga tercinta.  Inilah buah tangan yang memang dinanti anak istri walaupun sebenarnya kepulangan sang ayah dengan selamat sampai kerumah sudah segala galanya.

Ada juga buah tangan untuk orang sakit.  Kebanyakan  dibawa buah buahan.  Padahal belum tentu saudara kerabat sakit itu bisa meng konsumsi buah tangan tersebut.  Bisa jadi ada larangan medis terkait dengan penyakit penderita.  Walaupun begitu buah tangan tetap saja diterima sebagai tanda kesetiaan dari teman sembari berdoa semoga lekas pulih. Amin.

Itulah buah tangan yang ada di masyarakat,  saling bertukar buah tangan merupakan tradisi di masyarakat tradisional Indonesia.  Tak enak rasanya kalau tidak membalas buang tangan seperti orang berhutang.  Tetangga saling mengantarkan makanan dapat pula dikatakan sebagai buah tangan.  Inilah tradisi budaya yang mulai memudar di tanah air.

Ketika buah tangan diberikan kepada orang tertentu timbul pertanyaan apa maksud dari hadiah tersebut.  Timbul tanda tanya ketika seorang rekanan mengirimkan buah tangan.  Atau ada anak buah datang ke rumah komandan sambil silaturahmi tak lupa pula  membawa buah tangan.  Sang penerima hadiah patutlah bersyukur dan berterima kasih sambil bertanya tanya tumben ada parcel.

Terkait buah tangan seorang teman memplesetkan bisa jadi balasan berupa tanda tangan.  lho ngelantur kesana.  Iya iyalah, selalu ada udang dibalik rempeyek.  Tidak mungkin hadiah tersebut diberikan apabila tidak ada maunya.  Hanya saja sipemberi secara halus memberi isyarat terkait keinginan mendapat kenaikan pangkat misalnya atau mendapat jabatan yang lebih tinggi.

Tak ingin berpanjang panjang tangan tentang buah tangan yang bisa jadi menjadi sapu tangan.  Lho hubungan nya apa.  Tentu saja ada rasa kecewa bersebab buah tangan tidak menghasilkan tanda tangan. Ada rasa kecewa berat sehingga dikeluarkanlah  sapu tangan guna mengusap air mata.  Ya sudahlah kalau memang bukan garis tangan janganlah terlalu kecewa.

Pesan moral yang ingin disampaikan disini adalah tidak menjadi masalah memberikan buah tangan.  Tetapi jangan sampai buah tangan itu memiliki maksud tertentu.  Kerja saja yang baik, itulah buah tangan yang paling disuka atasan.  Bersikap  jujur, profesional dan tidak melanggar peraturan perundangan berlaku, Insha Allah naik pangkat dan mendapat jabatan pada gilirannya.  Dorong pula niat  kerja keras tersebut dengan doa.

Salamsalaman

TD




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline