"Pak minta kisi-kisi dong"
Inilah pertanyaan bernada permintaan mahasiswa katika akan menghadapi Ujian Tengah Semester. Pada pertemuan ke 7 menjelang UTS seperti biasa Dosen merangkum (resume) mata kuliah. Mahasiswa wajar saja minta kisi kisi mengingat mereka menghadapi 20 SKS per semester atau 6-7 mata kuliah, Tujuan mereka tentu agar bisa fokus mempelajari sedemikian banyak materi kuliah. Itu gaya mahasiswa. Wajar.
Ketika terbetik berita Pasangan Calon Presiden Republik Indonesia 2019 - 2024 akan diberikan kisi kisi pada cara debat timbul beberapa pertanyaan. Apakah KPU bertindak sebagai penguji atau hanya sekedar sebagai Penyelenggara Pemilihan Umum. Sampai sebegitu jauhkah kepedulian KPU agar pasangan calon tidak tergagap menjawab pertanyaan panelis.
Bisa jadi ada permintaan dari tim kampanye atau KPU sendiri punya ide murni memberikan kisi-kisi. Tidak boleh juga berspekulasi namun mengeluarkan kebijakan kisi kisi (atau bocoran soal) tampaknya bukanlah permintaan Prabowo Sandi atau Jokowi KH Ma'ruf. Sudah pasti kedua paslon sudah sangat siap menghadapi 5 kali debat dengan berbagai topik.
Debat calon presiden kalau mau disetarakan dengan strata pendidikan boleh juga diletakkan pada kasta tertinggi pada tingkatan penghargaan S 4. Tidak semua Warga Negara Indonesia bisa sampai ditaraf ujian setara profesor doktor. Oleh karena itu tidak layak dan pantas mereka diberikan kisi-kisi materi Debat. Kualitas para paslon ini sudah memenuhi persyaratan seleksi alam dan seleksi akademi serta lolos sehat jiwa dan raga untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden
Tidak ada yang perlu dikuatirkan wahai KPU. Tugas anda fokus saja menyelenggarakan seluruh rangkaian kegiatan pemilu dengan Jujur Adil (Jurdil) dan Langsung, Umum, Bebas Rahasia (Luber). itu saja. Biarkan acara debat berlangsung dinamis dan orisinil sebagai ajang menyampaikan visi misi dari masing-masing paslon dalam menjabarkan mau dibawa kemana negeri ini 5 tahun kedepan.
Secara pribadi penilaian awak pada acara debat leb8h terkosentrasi mengetahui seberapa besar kesungguhan hati paslon membangun NKRI. Kesungguhan itu nanti terlihat dari bahasa tubuh ketika menyapa rakyat dan memaparkan program kerja. Hal ini benar benar menggambarkan keseriusan bahwa diri pribadi sudah siap diwakafkan sepenuhnya untuk negeri. Kemudian selain itu debat bukanlah masalah saling menyalahkan tetapi kebesaran hati dan kerendahan hati yang menunjukan kematangan kepribadian..
Tidak ada manusia sempurna dimuka bumi ini demikian pula calon Presiden Republik Indonesia. Namun dibalik itu semua sejogyanya seorang Presiden dan Wakil Presiden sudah paham secara makro tentang situasi dan kondisi Indonesia. Seharusnya.pemahaman itu sudah final. Dengan demikian belaiu sudah yakin bagaimana mengelola negeri terkait ideolodi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan. (Ipoleksosbudhankam).
Pemahaman secara mikro nanti akan dijabarkan oleh tim ahli sehingga grand design wawasan nusantara dan ketahanan nasional benar benar terpadu. Tidak lain upaya itu guna menuju tiga tujuan yaitu kesejahteraan rakyat, mencerdaskan kehidupan anak bangsa dan ikut berperan dalam ketertiban dunia sesuai amanat Alinea ke - 4 Pembukaan UUD 45.
Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia berkualitas melalui program pendidikan hendaknya menjadi prioritas agar bangsa ini mampu mengelola Sunber Daya Alam (SDA) yang begitu melimpah. Inilah pokok dari kemandirian sejati agar terlepas dari ketergantungan pihak luar negeri. Apakah harapan ini akan muncul pada 5 sessi Debat Presiden kita tunggu saja,
Sekali lagi semua pihak tidak perlu terlalu cemas calon akan beribet dalam acara debat. Beliau adalah orang terpilih sudah pasti mampu menampilkan diri secara dewasa. Debat sesungguhnya adalah seleksi alam untuk melihat apakah sosok seorang itu negarawan atau hanya seorab seorang politikus. Negarawan adalah seorang tokoh nasional yang sudah selesai dengan urusan diri pribadi sehingga Beliau dia mampu mandiri mengabdi dan mengorbankan dirinya untuk Indonesia Raya.