Mukidi terpaksa muncul lagi ditataran nasional. Turun gunung istilah sahabat kental Mukidi. Memang cukup lama juga khalayak tidak mendengar celoteh manusia aneh bin ajaib ini.
Pola pikir dan cara bertindak Mukidi bolehlah dibilang berbeda dengan orang kebanyakan. Ada saja sesuatu yang baru diucapkan atau dilakukan manusia asli pribumi tanpa permisi atau bahkan tanpa intimidasi namun sarat inspirasi.
Melalui berita kanan kiri tetangga Mukidi mendapat informasi terkait kisruh istilah Planga Plongo. Tidak seperti orang biasa yang paham jejaring internet dimana segala sesuatu selalu bertanya kepada mbah goegle atau tante yahoo. Mukidi seperti biasa melakukan prosesi semedi sembari membuka primbon warisan guru spiritual reliji.
Planga plongo menurut hemat Mukidi adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak musti bahasa tubuh planga plongo tetapi jiwa juga bloon. Bisa jadi jiwa si planga plongo adalah jiwa kesatria sebagai bentuk akhlak mulia rendah hati. Jiwa mengendalikan raga. Oleh karena itu jangan tertipu oleh penampilan tetapi lihatlah kesungguhan gerak gerik dan hasil karya si planga plongo itu.
Namun jauh dari itu kearifan sikap rendah hati jangan pula di terjemahkan sebagai pencitraan. 2 sikap ini beda tipis setipis kulit bawang ketika seorang publik figur wara wiri kesana kesini melakukan pekerjaan diliput wartawan. Asalkan wara wiri itu ada kaitannya dengan kesejahteraan rakyat bolehlah dikatakan bukan pencitraan. Namun sebaliknya apabila tindak tanduk pejabat tak memiliki hubungan bermakna dengan tugas pokok maka silahkan di katakan pejabat tersebut melakukan upaya pencitraan terselubung.
Kosa kata Planga Plongo tidak perlu diperdebatkan kata Raden Mukidi. Apalagi antara Partai Politik. Debat itu hanya menghabiskan enerji tidak berguna atau tidak produktif. Apa hasil diharapkan dari perdebatan kusir. Membuang buang waktu saja sementara rakyat membutuhkan karya Partai Politik yang langsung menyentuh kebutuhan pokok. Tuan dan Nyonya sudah paham ? Kenapa pula menyombongkan diri sebagai sosok lebih pintar atau kenapa juga ingin menonjolkan diri sebagai sosok pembela (kosa kata planga plongo) yang patut di duga ada udang dibalik rempeyek.
Raden Mukidi berharap setiap pelakon negara yang kebetulan mempunyai wewenang atau akses publik hendaknya menahan diri. Kerjakanlah tugas anda sesuai peran yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Jangan lari dari fitrah, bersihkan hati karena segala tindak tanduk anda akan menjadi catatan sejarah yang tidak bisa dihapus. Anda harus paham bahwa pada gilirannya akan muncul kesimpulan publik. Kesimpulan itu sederhana saja yaitu anda adalah seorang patriot sejati atau hanya seorang pelawak yang tidak lucu. Tak terbantahkan kesimpulan publik bahwa Mukidi lah sosok arief bijaksana yang perlu diteladani (kata tetangga)
Salamsalaman
TD