Seperti dilansir oleh Tribun Jateng - Mengharukan. Ribuan pelayat mengikuti prosesi pemakaman almarhum Ahmad Budi Cahyono (27), guru muda ganteng multi talenta yang dianiaya muridnya hingga meninggal dunia.
Mereka para pelayat datang dari berbagai daerah. Selain para murid, orangtua siswa, kalangan pendidik, dan orang-orang yang bersimpati terhadap guru honorer yang dipukul oleh siswanya saat pelajaran seni lukis tersebut. Iya, guru tidak tetap dengan honor Rp 500 ribu hingga Rp 600 ribu itu dicintai oleh banyak kalangan dan idola para siswanya.
Save Our Soul (SOS) Sistem Pendidikan Indonesia. Bisa jadi inilah pertama kali seorang guru tewas akibat dianiaya muridnya. Sejarah mencatat kejadian miris ini dengan tinta hitam. Kertas putih hitam sehitamnya sebagai bukti gagalnya para pemangku kekuasaan yang terkait pola pendidikan di negeri ini.
Tanggung jawab tentu berada di pundak orang-orang yang mengaku pakar bidang pendidikan dan orang-orang yang saat ini bekerja di ranah sekolah itu sendiri.
Sungguh terenyuh menyaksikan persitiwa ini di mana seorang guru honorer harus mengorbankan jiwa ketika melaksanakan tugas mulia mendidik. Tentu saja kejadian ini tidak terjadi begitu saja tanpa ada proses yang melatarbelakangi seorang murid tega memukul gurunya sendiri.
Penganiayaan itu terjadi di sekolah dan disaksikan guru-guru lain dan murid. Ada apa dengan oknum siswa tersebut bagaimana pula cara orang tuanya mendidik anaknya di rumah tangga mereka.
Apakah tidak terdeteksi perilaku menyimpang si oknum itu.Banyak pertanyaan sebenarnya yang perlu di jawab oleh Kepala Sekolah karena tidak mungkin si oknum anak begitu berani melawan guru. Bisa jadi perilaku ini juga di alami guru-guru lain dan ternyata tidak bisa dihentikan. Selayaknya siswa menghormati guru baik dalam kelas maupun di luar kelas. Kemana sopan santun dan budi pekerti itu pergi wahai orang orang yang ada disana.
Pada zaman dahulu ketika murid melihat guru saja takut dalam pengertian segan bersebab hormat kepada sosok pengajar. Itulah zaman dulu murid sangat menghormati bapak ibu guru sehinga ketika berpapasan saja sepertinya mereka menghindar karena merasa ada sesuatu yang kurang baik mereka lakukan. Perilaku oknum siswa zaman now kalau boleh dikatakan mengerikan. Lihat saja tawuran antar siswa berkepanjangan yang tidak pernah terselesaikan. Sekali lagi SOS Sistem Pendidikan Indonesia wahai Bapak Menteri.
Sikap hormat murid kepada guru tampaknya sudah mulai sirna. Mungkin tidak di semua sekolah namun peristiwa wafatnya Achmad Budi Cahyono (ABC) adalah kartu merah untuk kita semua. Seorang anak dalam proses belajar dan pengajaran tidak terlepas dari siklus keberadaannya setiap hari pada 3 tempat.
Pertama, anak-anak berada di lingkungan rumah atau keluarga. Apabila Ibu dan Ayah dalam kondisi keluarga yang baik maka jadilah anak itu seorang murid yang baik pula di sekolah.
Kemudian tempat kedua adalah sekolah. Lingkungan sekolah sangat berpengaruh pada perilaku anak-anak. Lingkungan sekolah yang disiplin dan benar-benar melakukan pengawasan kepada setiap murid dijamin akan membentuk kepribadian anak yang bisa diandalkan.