Mengakhiri tahun 2017 manajemen destinasi wisata Taman Mini Indonesia Indah menyelenggarakan beberapa acara menarik. Salah satu dari unggulan acara itu di laksanakan di Anjungan Sumatera Barat. Apalagi kalau bukan makanan dan tarian serta pernak pernik budaya Minangkabau. Awak mendapatkan informasi bernada himbauan nuansa undangan dari Ikatan Warga Lubuk Jantan Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.
Tentu saja undangan ini tidak boleh dilewatkan begitu saja mengingat darah minangkabau mengalir di tubuh Sutan Betawi. Oleh karena itu bersegera menyusun rencana agar bisa menikmati masakan khas minang nan sangat terkenal enak. Walaupun lahir dan dibesarkan di Tempino Jambi keluarga kami terutama ibunda Hj. Kamsiah Binti Sutan Mahmud kelahiran Desa ikua Labuah Lintau Buo Lubuk Jantan tetap mempertahankan gaya hidup orang minang.
Jadilah 2 hari berturut turut bersama keluarga dan anak cucu kami malapeh taragak kampuang (melepas rindu kampong halaman). Hari pertama Sabtu 30/12/2017 kegiatan awak lebih terkosentrasi pada acara Talk Show yang mengangkat tema Perempuan Minangkabau. Narasumber Professor Eje Kim, seorang peneliti yang berasal dari Korea Selatan memaparkan bagaimana begitu besarnya kekaguman kepada adat istiadat ranah minang.
Nampak para pengunjung cukup antusias mendengarkan bahwa ada orang asing yang begitu semangat meneliti tentang peran Bundo Kanduang dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Reportase lengkap ada disini Profesor Eje Kim dari Korea yang Kagum dengan Minangkabau.
Setelah puas menyaksikan talkshow, sasaran utama awak selanjutnya tentu Teh Talua yang merupakan nama komersial dari Teh Telor. Inilah minuman segar sehat bergizi tinggi yang merupakan kegemaran awak sehingga wajib dipesan ketika menikmati hidangan di restoran minangkabau. Berdasarkan pengalaman berwisata kuliner di seantero negeri Teh Talua selalu disediakan restoran minang. Artinya bukan restoran minang kalau tidak mampu menyediakan teh talua. Itulah indikator utama apabila sobat ingin menikmati masakan padang asli.
Si Uda penyaji Teh Talua di Pekan Kuliner Minangkabau mengatakan bahwa sajian minuman ini special untuk Pak Haji bagala Sutan Betawi. Pasalnya ada bonus plus plus di dalam teh talua berupa rasa pinang. Awak tak peduli yang penting teh talua ado disiko. Hanya 20.000 perak harga yang pantas untuk satu gelas ukuran sedang berisikan teh talua hangat. Rasonyo iyo sabana lamak sahinggo indak nampak mintuo lalu seperti lagu nan acok didendangkan penyanyi legend minang Uni Elly Kasim.
Sebenarnya lebih enak menikmati masakan padang bersama dengan kawan. Awak lah berjanji dengan Gokter Gigi Nila Utama untuk bersama-sama mengudap teh talua namun apa boleh buat ada halangan yang tidak bisa dihindarkan bersebab ada kawan kami nan wafat di hari Jum'at. Untunglah orang rumah bersama 2 anak menyusul ke Taman Mini jadi lengkaplah wisata goyang lidah. Di hari kedua kami datang lagi, kali ini berserta cucu Azka Zaidan Athallah yang sedang liburan sekolah di rumah nenek
Pekan kuliner ini memang luar biasa ramai didatangi pelancong yang dapat dipastikan sebagian besar perantau minang. Selain bertemu dengan sanak sekampung dan dapat memuaskan lidah dengan makanan khas minang yang pedasnya maknyoes. Sate Padang, Martabak Kubang dan segala macam makanan minang tersedia di sini. Oleh karena itu karena keterbatasan kampong tengah (perut) tentu tidak bisa dinikmati semua, padahal makanan ini enak semuanya. Si Uni penjaja soto padang iyo sabana cadiak (pintar) di bungkus saja Pak Haji bawak pulang sayang kalau tidak melepas salero bagindo disiko (di bungkus saja Pak Haji dan dibawa pulang, sayang kalau tidak melepas selera disini).
Memang hebat orang minang berdiplomasi melewati lidah. Inilah cara terbaik dan paling sukses di dunia internasional. Siapa yang tidak tahu Rendang. Inilah masakan nomor satu terlezat di muka bumi. Bukan orang Padang yang bilang tetapi keputusan menetapkan Rendang sebagai makanan terenak di keluarkan oleh badan wisata kuliner dunia. Jadi rakyat Indonesia boleh berbangga dan tak perlu pergi ke luar negeri untuk menikmati kelezatan Rendang, semua ada disini seperti bunyi iklan berjalan di televisi.
Sebagai pamungkas kami menikmati bubur kampiun. Inilah minuman atau setengah makanan tersedap disamping Rendang. Walaupun harganya 25.000 rupiah namun pembeli merasa puas karena bisa menikmati rasa yang luar biasa dan berbeda dengan mimuman lainnya. Orang minang memang pintar berniaga, sebagai contoh cara transaksi di seluruh counter masakan hanya bisa di beli dengan menggunakan voucher. Tujuannya adalah agar harga yang disajian seragam berupa pecahan 5 ribu, 10 ribu dan 20 ribu. Iyo sabana cadiak.
Perut sudah kenyang, tetapi nampak penjual pernik-pernik dan kaus wisata bertuliskan taman mini atau aksesoris hari itu tampak merengut dan sedikit sedih. Betapa tidak seluruh pengunjung tampaknya menghabiskan uang untuk makan dan minum. Mana lagi tersedia uang untuk beli segala macam hiasan. Para perantau ini memang cerdas, kapan lagi bisa merasakan masakan kampong halaman, hanya setahun sekali sedangkan untuk beli pernak-pernik wisata bisa lain kali hahahahaha.
Sobat yang kebetulan membaca posting reportase ini bersegeralah ke Taman Mini Indonesia indah. Pekan kuliner di anjungan Sumatera Barat akan ditutup hari Senin 1 Januari 2018. Sayang sekali apabila makanan enak sedunia itu tidak dinikmati di kawasan rumah adat bagonjong dan diiringi lagu lagu menang klasik dan modern dibawakan oleh gadih minang nan rancak laku dan budi bahasa. Gubernur Sumatera Barat boleh berbangga hati bersebab Anjungan Minangkabau menjadi tempat wisata yang paling banyak dikunjungi palancong. Diplomasi goyang Lidah sukses 1000 Persen.
Salamsalaman
TD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H