"Bapak Bapak, Ibu Ibu dan saudara saudara penumpang yang terhormat, selamat datang di Bus Trans Jakarta" demikian terdengar suara pemandu wisata menyapa para turis lokal. " Perkenalkan nama saya Minarto selaku pemandu wisata di bus tingkat ini, Bapak Masno adalah pengemudi yang akan mengantarkan kita ke tujuan wisata Kota Tua" Wah seperti naik pesawat terbang juga neh ada kata sambutan tidak seperti bus tingkat zaman dahulu milik PPD, sudah naik berebutan, dibus berdesakan, kotor panas plus gerayangan panjang tangan alias copet.
Awak sebenarnya ingin segera kembali kerumah setelah mengikuti acara 1712 di kawasan Monas. Alhamdulillah tadi sudah meneggakkan shalat dzhuhur berjamaah di Musholla kantor Bank Mandiri. Pukul 12.30 Area unjuk rasa sudah mulai lengang, hanya tinggal beberapa puluh peserta aksi protes kebijakan Donald Trump terkait rencana memindahkan Ibukota Israel ke Jerusalem. Ahad di pertengahan Desember 2017 merupakan kali kedua awak hadir di Monas tempat berhimpunnya Umat Islam Indonesia bersilaturahim menguatkan kesatuan persatuan sebagai bentuk kepedulian antar sesama umat dunia.
Masih terlihat wisatawan lokal dan dari manca negara berdatangan. Panggung sudah mulai dibongkar, spanduk besar masih terpampang digunakan warga untuk berselfie ria sebagai bukti (alibi) kehadiran di acara 1712. Awak keluar ke arah jalan Merdeka Barat lumayan juga jauh berjalan sementara odong odong bersilweran membawa wisatawan mengelilingi Tugu Monas.
Unjuk rasa Kampong Tengah sudah diatasi dengan sepuluh tusuk sate kambing madura plus es kelapa. Lumayan mahal harga kuliner di daerah wisata, apa boleh buat perut kosong tidak bisa diajak kompromi.
Dari jauh tampak Bus Bertingkat. Awak bergegas menghampiri dan menyiapkan kartu bayar atau uang guna membeli karcis. Warga alumni 1712 antri di depan pintu Bus Trans Jakarta. Seorang petugas berbaju batik memberikan karcis.
Calon penumpang terpesona dan surprise ternyata Bus ini tidak berbayar alias gratis. Alhamdulillah. Awak tak hendak menanyakan kemana tujuan Bus yang penting menikmati dulu kenyamanan dan kemewahan bus tingkat milik Pemda DKI Jaya.
Tentu para penumpang berebutan naik ke tingkat dua. Tidak lain maksudnya agar view atau arah pandang lebih luas. Sayang kursi di bagian paling depan sudah terisi, awak memilih di samping kiri sembari menyaksikan para pedagang lesehan jalanan menjajakan minuman segar dan kopi.
Hanya dalam waktu 10 menit isi bus sudahnypenuh, kira kira jumlah penumpang 80 orang tediri dari kursi deret dua sebanyak 20 baris. Penumpang mengatur alat pendingin dengan cara memutar pengatup ac diatas kepala masing masing.
Bus tingkat mulai bergerak. "Para penumpang yang terhormat. kita segera berangkat menuju tempat Wisata Kota Tua. " Pemandu wisata memberikan informasi, beliau berdiri di atas tangga tingkat 2. "Bus ini hanya berhenti di tempat tempat khusus yaitu destinasi wisata sepanjang jalan sampai di tujuan akhir Kota Tua Jakarta" Lebih lanjut dijelaskan bahwa para penumpang dilarang makan dan minum selama dalam perjalanan.
Dilarang pula berdiri karena bus ini di desain untuk penumpang duduk. Ibu ibu diminta mengawasi anak anak jangan sampai terlepas berlarian didalam bus.
Pemadu wisata juga menyampaikan informasi bahwa Bus Tingkat merupakan program spesial Pemda DKI Jaya untuk para wisatawan. Awak lihat siang itu isi bus orang melayu semua, tak satu pun orang bule atau orang dari negara tetangga.