Jumlah kaum yang terdidik ini tidak banyak. Masyarakat Indonesia tidak banyak yang bisa mengenyam pendidikan sarjana. Jumlah mahasiswa secara nasional sekitar 4,5 juta orang atau atau hanya 1,8% dari penduduk Indonesia. Sedangkan angka yang produktif untuk kuliah adalah 19-24 tahun berjumlah 25 juta atau 10% jumlah penduduk. Jadi Angka Partisipasi Kasar (APK) yaitu jumlah yang kuliah dibandingkan dengan angka produktif kuliah yaitu 18%. Untuk APK jumlah tertinggi di Indonesia berdasarkan wilayah, penduduk Jogjakarta menempati nilai tertinggi 55% penduduknya kuliah disusul DKI 45%. (Sumber Web. UGM)
Lulusan Perguruan tinggi (PT) akan memasuki pangsa kerja. Sebagai seorang sarjana, jumlah mereka hanyah 10 % dari pemuda seumur yang beruntung mendapat kesempatan menikmati pendidikan di PT. Sarjana ini akan menjadi pemimpin bagi rekan rekannya yang tidak kuliah. Sebagai pelopor generasi seangkatan para sarjana ini harus menjadi teladan baik. Tanggung jawab moral terhadap generasi seangkatan dalam kapasitas sebagai calon pemimpin pada masanya.
Keteladanan terbentuk selama proses mengikuti kuliah untuk menjadi seorang pekerja yang profesional. Sikap profesional itu paling tidak mencakup Ilmu Pengetahuan (Science), Ketrampilan (Skill) dan Sikap (Attitude).
Lulusan Perguruan Tinggi harus benar benar disiapkan oleh agar mereka siap pakai dalam arti mampu membhaktikan diri kepada nusa dan bangsa. Seperti kita ketahui, posisi sentral pemuda dalam membangun bangsa terletak dari intelektual yang mereka miliki yang didapat selama kuliah di Perguruan Tinggi.
Professional
Ke- 3 kemampuan itu harus terintegrasi dalam tubuh dan jiwa seorang sarjana. Mereka wajib memiliki Ilmu Penegetahuan (Science) yang pari purna. Mahasiswa harus menguasai Ilmu Pengetahuan sesuai dengan bidangnya secara komprehensif layaknya seperti mengeja abjad dari A sampai Z. Di era globalisasi seseorang akan lebih unggul apabila dia memiliki spesialisasi dalam penguasaan suatu bidang pekerjaan. Persaingan pangsa kerja yang begitu ketat dan keras harus menjadikan Sarjana mampu mengatasi dengan memiliki Science yang bisa mengangkat derajat kehidupan dalam pemuliaan sebagai seorang ilmuan sejati.
Science wajib di simpan di memory permanent. Fokus mempelajari Ilmu Keperawatan. Indikator bahwa semua ilmu pengetahuan sudah tertanam di compact disk brain yaitu tidak tergagap ketika ditanya tentang apa saja yang terkait dengan bidang keperawatan. Seperti anda dengan lancar mengucapkan 5 sila Pancasila, demikian pula hendaknya dengan Ilmu Keperwatan. Cara terbaik saving science adalah dengan banyak membaca, diskusi dan menulis.
Dalam bidang ketrampilan (Skill), mahasiswa selama dalam proses pembelajaran harus mampu menempa diri memiliki ketrampilan berkomunikasi yang baik. Berkomunikasi adalah modal utama untuk bekerja dalam sebuah tim di suatu organisasi. Kemampuan berbicara didepan public (public speaking), menyampaikan ide dan gagasannya secara sistematis merupakan kunci sukses dalam menempuh karier. Selain itu seorang sarjana sebaiknya mampu pula menjabarkan seluruh ide gagasannya dalam bentuk tulisan (writing) Menulis adalah alat kelengkapan seorang intelektual, karena dengan menulis semua angan angannya bisa didokumentasikan dengan baik dan siapa tahu berguna dan bermanfaat bagi khalayak ramai.
Level penguasaan Skill harus berada di tataran I Do I Can. Jangan hanya menguasai I Hear I Know atau I See I Understand. Apalagi profesi perawat berbeda dengan profesi lain karena pekerjaan ini membutuhkan ketrampilan dalam melakukan tindakan keperawatan. Jadi mahasiswa wajib menguasai semua perasat keperawatan pada level I Do I can. Indikator keberhasilan penguasaan skill adalah perawat tidak ragu ragu melakukan tindakan keperawatan sesuai Standard Operasional Prosedure (SOP).
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila, Agama, Ilmu Budaya Dasar, Ilmu Sosial Dasar dan Pendidikan Kewarganegaraandan Etika Keperawatan merupakan kelompok Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Kelompok mata kuliah inilah yang memberikan bekal kepada mahasiswa untuk mendapat pembelajaran tentang sikap dan perilaku. (Attitude). Seorang sarjana yang sukses harus dapat ditampilkan dengan sosok seorang warga negara yang baik. Intelektual muda ini akan menjadi teladan bagi lingkungannya, karena mereka mampu memberikan contoh sebagai seorang warga negara yang mempedomani Pancasila secara murni dan konsekuen dalam kehidupannya sehari hari. Generasi muda yang paham tentang Hak dan Kewajiban dan menjadi pelopor bagi perubahan (agent of change) bagi negaranya untuk pembangunan karakter bangsa kearah yang lebih baik.