Gaya Hidup
Beragam cara warga melepas tahun 2016. Bukan saja Indonesia, dunia pun menggelegak atas dimensi pertukaran tahun. Inilah kesepakatan bersama menggunakan kalender masehi. Bumi ini sudah ber usia tua dalam kondisi renta. Tidak usyahlah di perbandingan dengan usia manusia, justru bumi tetap setia mengawal generasi demi generasi anak manusia.
Apabila 2016 dibagi dengan usia rata rata manusia 70 tahun maka sudah tercatat 28 generasi. Penduduk Bangsa bangsa dengan peradaban tinggi seperti Eropa, Timur Tengah dan Amerika memiliki sislsilah keluarga sampai 10-20 generasi. Heritage ini menunjukkan bahwa manusia yang hidup di abad 21 sudah memiliki keturunan dengan istilah grand father, old grand mother atau di Indoneisa di beri istilah cicit, buyut atau apapun namanya.
Apakah hitungan 2016 entah valid atau tidak namun keberadaan tahun masehi dipastikan setelah manusia melek angka dan melek huruf. Ahli astronomi dari berbagai zaman mengeluarkan pendapat terkait usia bumi. Menurut hemat awak usia bumi tidak perlu dipertentangkan lagi karena kehidupan ini tak bisa berhenti. Satu hal yang pasti penduduk dunia semakin bertambah sementara kebutuhan hidup tak mengimbangi pertambahan tersebut.
Ganti Tahun
Kembali ke topic pergantian tahun. Gaya hidup sunguh sangat mempengaruhi seseorang dalam memandang pergantian tahun. Ada warga yang biasa biasa saja dalam artian bersikap pergantian tahun hanya masalah mengganti almanak di rumah. Kalender lama di buang atau disimpan sedangkan penanggalan baru mengantikan si expired. Bagi penduduk yang mempunyai paham seperti ini tidak ada prosesi luar biasa, mereka hanya paham tangal 1 Januari hari libur nasional dan internasional.
Lain pula dengan warga yang melankolic alias romantic. Pergantian tahun di maknai sebagai suatu perubahan besar. Perubahan aktual berupa kepastian durasi tertambahan umur dan perubahan sikap lebih baik menjadi cita cita. Kelompok ini bukan saja merayakan pergantian tahun baru, namun lebih jauh dari itu setiap tanggal di kalender memiliki cerita tersendiri. Hari ulang tahun, hari perkawinan, hari mendapat pekerjaan sampai hari hari dengan persitiwa khusus seperti juara menulis di peringati setiap tahun. Ya syah syah saja bika peringatan itu di tilik dari sisi rasa syukur atas segala karunia.
Pergantian tahun baru acap di kaitkan dengan resolusi. Resolusi di definisikan sebagai cita cita, harapan, keinginan dan doa yang akan dicapai atau diwujudkan tahun mendatang. Sehubungan dengan itu maka wajar apabila Resolusi memenuhi ruang ruang Media Sosial dari celotehan setiap netizen. Sesungguhnya men publikasi resolusi di area public bukan karena sombong atau angkuh. Justru netizen mengharapkan ada koor Amin…. dari setiap pembaca berupa penguatan atas relosulim itu sendiri. Bukankah ungkapan Amin dari 40 orang atau lebih dalam bentuk kliq sahabat media social merupakan syarat cita cita itu di kabulkan Tuhan Yang maha Kuasa.
Resolusi
Selain itu Resolusi bisa dijadikan motivasi kuat agar anak manusia semakin bersemangat berkarya sehinga keinginan itu terwujud. Resolusi di media social akan tercatat abadi, setiap saat bisa dibaca untuk mengingatkan seiring dengan berjalannya waktu ke waktu sehingga genap ke 365 hari. Adapula warga yang ber resolusi dalam hati. Hanya dia yang boleh tahu apa keinginan yang akan dicapai di tahun 2017 misalnya. Komunitas yang ber rahasia ini bisa jadi mempunyai resolusi yang sangat pribadi sehingga tidak perlu koor Amin dari khalayak.
3 hari menjelang pergantian tahun 2016 awak ber resolusi. Resolusi itu dibagi menjadi 2 bagian besar. Rsolusi pertama terkait keinginan menerbitkan 5 buah buku. Apabila keinginan ini terwujud maka di akhir tahun 2017 jumlah buku yang telah diterbitkan akan mencapai angka 15 buah. Jangka panjang awak bercita cita memecahkan rekor sendiri yaitu menerbitkan 40 buku sebelum ber usia 70 tahun. Semoga Allah SWT memberikan karunia nikmat Iman dan Taqwa serta yang tidak kalah penting nikmat sehat dan waras sehingga mempu menulis setiap hari guna memenuhi cita cita anak Tempino Jambi.