Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Dahlan

TERVERIFIKASI

Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Menangislah, Tuan

Diperbarui: 16 Desember 2016   09:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di akhir tahun 2016 sosial media penuh dengan pemabahasan tentang menangis. Pada posting ini di defenisi operasionalkan menangis dengan nangis (saja). Nangis adalah ungkapan hati nan paling  dalam ketika seseorang merasa tidak nyaman atau sebaliknya sangat nyaman. Bingung kan ? Yes ada tangis sedih ada tangis haru. Mohon izin di tulisan ini tidak membahas nangis sandiwara.

Obrolan soal tangis ramai di kedai kopi.  Ini salah satu rekaman celoteh masyarakat :

Obrolan Waroeng Kupie

A : Ente kog diem aje, ngak kasih komentar soal sidang tadi
 B : ntar aje kalau kisah dramatis nye sampe 3 kali
 C : ech itu kan komentar
 B : oh iya ya
 A : ya kalo sampe 3 kali kalo ngak ?
 C : menagislah,.....

Kemudian muncul pantun menangis mengiringi pembahasan di kedai kopi

Buah mengkudu si buah manggis
Banyak terjual di pasar meranti

Ketika berpadu nangis dan nangkis
Hanya bisa dilakukan Susi Susanti

Ketika sorang bayi dilahirkan dia menangis. Deskripsi tangisan seorang bayi bisa dimaknai bahwa manusia baru itu merasa sedih meninggalkan tempatnya yang sangat nyaman di alam rahim. Bisa saja dia sedih masuk ke alam dunia, alam yang tidak jelas, alam yang penuh tantangan. Nah ini tangisan pertama anak manusia. Apabila si bayi tidak menangis, maka Ibu Bidan langsung saja menepok pantat si bayi 3 kali. Maksudnya bukan perbuatan kekerasan melanggar HAM. Tujuan Bu Bidan baik yaitu memberi rangsangan fisiologis  agar di bayi menangis.

Tangisan bayi ini disambut riang gembira oelh seluruh sanak keluarga wabil khusus sang ayah dan ibu kandung. Baik,  kita mundur sejenak kebelakang. Pada dasarnya manusia itu menangis paling tidak hanya 3 kali seumur hidup. Pertama menagis ketika dilahirkan itu sudah diuaraikan di atas. Tangisan kedua ketika dia di khitan bagi kaum muslim. Tangisan terakhir ketika dia wafat. Justru ketika wafat bagi kaum sufi adalah tangisan bahagia karena dia telah bebas dari kehidupan fana. Memasuki alam barzah yang di yakini lebih nyaman sejahtera dan bahagia. Suasana seperti in justru yang menangis adalah keluarga dekat dan sanak saudara yang di tinggalkan.

Ternyata dalam perjalanan hidup manusia nangis itu bukan hanya 3 kali saja. Mungkin yang hanya menangis 3 x adalah komunitas anak manusia yang tegar, tangguh, tahan banting dan super dableg. Selain itu justru banyak sekali tangisan dalam hidup dan kehidupan ini. Lihat saja raut muka Susi Susanti pada dokumen posting ini. Inilah tangisan haru luar biasa ketika pebulu tangkis putri nasional ini menjuarai bulutangkis di ajang Olympiade. Dokumentasi foto atau video Susi Susanti menangis menjadi kenangan luar biasa tak terlupakan. Tangis berbulu tangkis.

Sobat, apakah ada tangisan yang juga mempunyai peran sebagai tangkisan. Entahlah,  ini domain ahli gestur yang bisa menilai, apakah tangisan itu benar-benar tangisan atau hanya suatu sandiwara belaka. Menangis sah-sah saja ketika membela diri. Lihat saja ibu-ibu yang menangis bahkan meraung raung ketika dagangannya di sita Satpol PP. Ibu itu  memang salah berjualan di kaki lima, namun dia membela diri karena tidak puas dengan cara petugas.  Terlihat juga tangisan di ranah pengadilan. Tangisan bermakna tangkisan atau pembelaan diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline