Aku sih nggak ngilang ngilangin keberadaan Kompasiana justru aku sangat berterimakasih pada Kompasiana . Aku jadi banyak shbt dan kita jumpa setahun sekali di K'nival.
Inilah ungkapan Oma Eni di media sosial teranyar, Sabtu 19 November 2016. Siapa yang tidak kenal Pensiunan Ibu Guru yang bermukim di Subang Jawa Barat. Tanya saja pendapat Dr Posma yang juga aktif selalu hadir di ajang kompasianival dan lain lain kompasianer. Saya yakin kompasianer yang memiliki foto bareng dengan kompaianer sedunia dialah satu satunya : Oma Eni.
Terkait dengan prestasi luarbiasa dalam mempererat persahabatan saya mengusulkan Oma Eni kita angkat menjadi Duta Persahabatan Kompasiana . Setuju.... ? setuju.
Baik, ini beberapa alasan logis kenapa kita wajib hukumnya menetapkan seorang Duta Persahabatan pada suasana semakin retaknya persahabatan di nusantara. Mari kita memberi contoh kepada media sosial lainnya bahwa walaupun berbeda paham namun kita sejatinya adalah sahabat karib. Jangan sampai pilkada serentak itu menghapuskan persahabatan yang telah kita bina selama ini.
Oma Eni adalah seorang kompasiner sederhana. Berteman dengan siapa saja tanpa membeda bedakan latar belakang terkait SARA. Luar biasa ketulusan pertemanan Oma Eni sehingga bisa diterima oleh siapa saja. Lihatlah dokumentasi foto di wall face book Oma, siapa yang tidak pernah berfoto dengan Beliau. Inilah satu bukti kongkrit bahwa Ibu Guru ini patut kita jadikan idola, contoh dan kemudian kita angkat menjadi Duta Persahabatan, Walaupun kompasianival telah berlalu tidak salahnya gelar kita berikan saat ini sebagai perekat kesatuan dan kesatuan.
Tidak perlulah keabsahan dari Admin untuk mengangkat Duta Persahabatan. Cukup persetujuan dari sobat kompasianer karena seperti perjuangan yang selalu menggunakan jargon dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat boleh kita gunakan untuk justifikasi kehendak kompasianer. Penilaian saya ini objektif yang terhindar dari nuansa subjektif bersebab pertemanan dengan Oma Eni seumur dengan aktifnya kami di kompasianival. Pertemanan tersebut terjalain langgeng, lancar , sepenuh hati dan saling berbagi dalam sapaan santun.
oma1-582fd9ccd77e61542b522a89.jpg
Luar biasa menang pola komunikasi Oma Eni. Dengan siapapun Oma Mampu berkomunikasi dengan sempurna walaupun beliau jauh dimata namun dekat di hati. Lihat saja facebook Oma, setiap menayangkan update status selalu saja ramai dikunjungi oleh sahabat baik itu kompasianer maupun teman teman dari media sosial lain. Justru ketulusan sempurna itulah yangmenjadi kekuatan persahabatan Oma Eni sehingga bisa diterima oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja.Simak , perhatikan lamat lamat dokumentasi foto foto ini. Senyum sumringah Oma Eni. Senyum lebar dengan wajah ketulusan menular ke sahabat sahabat yang yang ikutan berfoto. Saya meneliti dan menyimpulkan bahwa senyum Oma Eni itu senyum terbaik setelah senyum Monalisa. Inilah sosok pahlawan persahabatan yang hadir ditengah kita. Menulis apa adanya, tidak pernah terlibat konflik dengan kompasianer. Menebar kebaikan di setiap posting dan bertutur lancar mengkhabarkan apa yang terjadi di sekitarnya.
Dokumentasi Isjet
Saya terharu ketika niat kuat Oma akan menghadiri acara kompasianival 2017. Tanpa sunkang sunkang Beliau menulis di facebook, satu pertanyaan kepada kami, bagaimana ya bisa sampai ke Gedung Smesco kalau berangkat dari Pulogadung. Inilah kesederahanaan yang menampilkan kesejatian diri tanpa harus menutup nutupi kehidupan sehari hari. Nah itulah sebabnya setiap ajang kopdar ketika Oma Eni berkenan hadir, pertama tama yang saya cari adalah Oma Eni.Nah sobat kompasinaer, saya kita sepakat ya sosok Oma Eni kita angkat sebagai Duta Persahabatan. Mungkin sahabat kompasianer lain bisa menambahkan kisah pertemanan dengan Oma Eni. Tulisan ini terinspirasi setelah mengamati postur kegiatan Oma Eni selama bertahun tahun dan konsistensi membina persahabatan di media sosial Semoga seluruh kegiatan kita di kompasiana tetap menjunjung tinggi misi sharing and connecting dimana berlancar di media sosial ini untuk menggulirkan inspirasi bukan untuk hal hal lain yang justru memprovokasi. Oma Eni menjadi teladan terbaik, bukankah begitu Bang isjet dan Bang Nurul ?
Salamsalaman
TD