Ladies Traveller
Ladies Traveller satu komunitas emak emak gemar jalan jalan meminta 4 kompasianer untuk berbagi pengalaman menulis. Pasalnya ibu ibu setengah baya ini walaupun sudah berkelana ke seluruh penjuru dunia namun tiada satupun bekasnya. Bekas yang dimaksud disini adalah ketika pengalaman jalan jalan itu hanya sebatas di ceritakan kesesama teman atau saudara. Setelah capek bercerita tidak terrekam dokumentasi abadi yang membuktikan bahwa mereka benar benar telah menginjak puluhan destinasi wisata.
Jadilah Kompasianer R Gaper Fadli, Lisdiana Sari, Taufikuieks dan Thamrin Dahlan di dapuk untuk berbagi pengalaman menulis bagi pemula. Ternyata ibu ibu terbelalak ketika di buka kan rahasia menulis. Mereka nampaknya menyesal setengah mati karena perjalanan yang meng asyiek kan dangan segala suka dukanya tidak bisa di nikmati oleh orang lain. Inilah saatnya komunitas Ladies Traveller Indonesia merekam segala jejak perjalanan agar peristiwa itu abadi. Apalagi ketika segala pengalaman di tulis dan kemudian di bukukan.
Berbagi pengalaman menulis di selenggarakan di Cafe Satria Manggala yang merupakan bagian dari Museum TNI yang terletak di Jalan Gatot Subroto Jakarta Selatan pada hari Sabtu, 8 Oktober 2016. Emak emak yang senang berkelana ini memiliki profesi beragam dari manajer perusahaan sampau ibu rumah tangga biasa.
Komunitas Ladies Traveller memilik organisasi yang solid dalam kemandirian yang luar biasa. Semua anggota komunitas adalah wanita, tidak ada satupun pria yang diperkenankan bergabung. Artinya ibu ibu ini sungguh sangat gagah berani berjalan ke luar negeri dengan cara mengurus tiket, pesan hotel dan visa secara mandiri tanpa bantuan biro jasa perjalanan. Luar biasa memang. Ide pelatihan ini muncul dari Ibu Lisdianna Sari kemudian mengajak teman teman Ladies Traveller yang terdiri dari Ibu Sutarni Sukipan. Ibu Magdalena Soepandi, Mbak, Ibu Suciningsih, dan Mbak Seti Ekawati
Hakekat Menulis
Kopmpasianer secara bergantian menyampaikan ilmu menulis. Kompasianer TD lebih kepada memberikan motivasi kenapa kita seorang harus menulis. Kemudian di lanjutkkan oleh R Gaper Fadli yang menjelaskan teknik menulis reportase dengan pernak pernik sedetail detailnya. Sedangkan Kompasianer Taufikuieks penulis buku Mengembara ke Masjid di pelosok dunia menceritakan pengalaman bagaiman sampai bisa menulis kisah nyata perjalanan dan akhirnya menerbitkan buku travel.
Menulis sejatinya menciptakan ke abadi an. Menulis berbeda dengan berbicara yang hanya bisa dilakukan kepada orang tertentu, setelah itu pembicaraan di lupakan orang . Menulis adalah karya yang di dokumentasikan sepanjang masa dan bisa di baca oleh lebih banyak orang
Inspirasi , kreasi dan ide ide akan lebih ter ekspresi ketika di tulis di sosial media dan memberikan manfaat bagi sesama . Menulis adalah aktualisasi diri apalagi ketika tulisan itu di terbitkan menjadi buku. Buku adalah alibi yang tidak terbantahkan sebagai bukti abadi atas kehadiran seorang anak manusia di muka bumi . Sesungguhnya usia buku lebih panjang di banding usia penulis
Ketika seseorang bisa berbicara maka otomatis dia bisa menulis . Pada hakekatnya menulis itu memindahkan ucapan ke kertas . Tanpa disadari semua orang ternyata sudah pernah dan selalu menulis dalam kehidupan sehari hari.
Contoh aktual :
- Menulis di Whats App,
- Up date status di Face book,
- Kirim SMS dari hand phone
- Menulis Surat
- Mnulis di buku harian