[caption caption="Sumber Gambar: republika.com"][/caption]Bukan Soal Lampu Saja
Tenaga listrik yang di produksi Perusahaan Listrik Negara (PLN) bukan saja untuk menghidupkan lampu penerangan. Namun jauh lebih dari itu tenaga listrik mampu membangun bangsa. Kenapa bisa sejauh itu membangun bangsa, tentu saja ada korelasi kuat antara ketersediaan tenaga listrik dengan alat alat penggerak produlksi yang di operasionalkan oleh rumah tangga dan perusahaan untuk segala macam keperluan.
Selama ini warga hanya menganggap PLN sebagai tukang lampu saja. sampai sampai ketika lampu penerangan padam, maka secara berseloroh rakyat kecil memanjangkan PLN menjadi Perlu Lilin Neh Itulah adat istiadat berlaku abadi, ketika lampu mati maka semua baru ribut bahwa ternyata listrik itu memang sangat berkaitan dengan sisi sisi kehidupan anak manusia. Apabila lampu mati seperti nya ada sesuatu yang kehilangan begitu.
Baik, marti kta lihat bagaiman peran tenaga listrik selain untuk lampu. Tenaga apa yang bisa mengangkat lift berpenumpang sarat kalau bukan tenaga listrik. Demikian juga eskalator, yang bergerak tiada henti memudahkan konsumen naik ke lantai atas tanpa harus berpayah payah naik tangga tradisonil. Belum lagi ibu ibu yang menggerutu ketika kuskasnya cair, makanan dan minuman yang tersimpan di peti dingin itu membusuk ketika listrik mati.
PLN ada disemua sisi kehidupan
Yes tenaga listrik produksi PLN sangat berhubungan erat dan melekat dalam kehidupan keseharian warga. Nanti dululah bicara soal tarif, mari kita telisik satu persatu bagaimana jasa PLN dalam mencerdaskan dan memudahkan kehidupan ini. Setelah melihat betapa besarnya peran tenaga listrik maka warga baru sadar bahwa nama negara yang disandangkan di PLN memang tanggung jawab kita semua untuk menjaga asset bangsa ini.
Lihat saja betapa menggerutunya anak sekolah yang tidak bisa menghidupkan komputer dalam rangka mengerjakan tugas dari Guru. Betapa kesalnya seorang penggemar bola sepak mania yang sedang menyaksikan pertanduingan siaran langsung ketika tiba tiba harus terhenti karena listriknya padam.
Ahai, padam lampu ternyata bisa di klarifikasikan menjadi dua macam saja. Mati lampu pertama ketika memang kawasan itu mendapat giliran pemadaman yang terlebih dulu telah diberitahukan kepada konsumen ( sehingga warga bisa berjaga jaga dan siap menghadapi ketiadaan tenaga listrik pada masa tertentu.)
Padam kedua bisa saja terjadi ketika konsumen lalai (lupa) membayar iuran listrik sehingga terkena sanksi. Bisa juga konsumen lupa (lalai) menambah pulsa listrik pada sistem pra bayar. Jadi transaksi jual beli listrik itu memang sudah di atur sedemikian rupa terkait pertimbangan bahwa memproduksi watt per watt tenaga listrik itu memang memerlukan biaya yang cukup besar.
Beban PLN beban kita semua
Mari kita warga yang rajin membayar pajak dan selalu patuh terhadap segala macam peraturan negara tetap konsisten dalam tanggung jawab melaksanakan seluruh kewajiban itu. Soal tarif sebenarnya semua bergantung dengan sikap dan perilaku konsumen. Jadi beban PLN sesungguhnya adalah beban kita semua, karena keberadaan "penerangan plus" memiliki unsur pendidikan dalam me mintar kan anak bangsa.