Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Dahlan

TERVERIFIKASI

Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Strategi Taksi Resmi Melawan Taksi Plat Hitam

Diperbarui: 20 Maret 2016   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [britatrans.com ]

Sabtu siang, 19 Maret 2016 saya memesan taxi.  Seperti biasa layanan cepat via telepon itu hanya memakan waktu 20 detik. Kenapa bisa seperti itu, jawaban cerdas begini: karena Blue Bird (BB) telah memiliki data pelanggan sehingga tidak perlu lagi menanyakan alamat dan segala macam hal hal yang tidak perlu.  Pelanggan cukup menyebut " sekarang dan jenis taxi " . Dalam hitungan menit taxi telah tiba di depan rumah.

Ada satu hal aneh ketika memesan taxi siang itu, yaitu pemberitahuan dari opreter  bahwa minimum payment separuh harga alias hanya 20.000 perak. Saya agak terkejut juga mendapat informasi penurunann harga ini.  Sekilas terbayang bahwa persaingan pemberi jasa transportasi bisa jadi menyebabkan mereka menyesuaikan tarif tersebut.

Setelah taxi tiba di depan rumah, saya mengecek harga promo tersebut ke pak sopir, ternyata benar.  Sopir Blue Bird nampaknya paham taxinya sedang dalam masalah kekurangan penumpang dengan adanya taxi uber dan grab.  Oleh karena itu minimum payment hanya 20.000 perak separuh harga dari tarif biasa.  Strategi ini dipastikan untuk menarik kembali  pelanggan yang sempat beralih ke taxi  non argo.

Untuk jangka pendek strategi ini mungkin ada manfaatnya.  Selama ini  biaya 40.000 mimimun payment memang agak memberatkan padahal argo sebenarnya hanya sekitar 15.000. Itulah pengalaman menggunakan jasa taxi BB ketika memesan melalui telepon yang sebenarnya juga jasa aplikasi.  Agak sebel juga ketika melihat argo dibawah minimum payment tetapi tetap saja di kenakan biaya 40.000 perak.

Hari ini saya 2 kali menggunakan jasa BB.   Selalu saja ada hal menarik ketika berbincang dengan sang sopir.  Pada intinya mereka memang merasa terganggu atas keberadaan taxi non resmi itu. " Terus terang pendapatan kami menurun Pak " sepertinya seragam curhat sang sopir.  Itulah sebabnya mereka akan unjuk rasa kembali hari Selasa  22 Maret 2016 dalam rangka memaksa Pemerintah segera mengeluarkan kebijakan final terkait taxi plat hitam.

Menurut hemat saya,  pada saatnya nanti  pendapatan sopir taxi resmi akan normal kembali.  Artinya exodus beberapa sopir  ke taxi plat hitam itu hanya gejala sesaat.  Suatu gejala euphoria ketika melihat penghasilan sopir taxi uber atau grab melebihi  taxi resmi.  Lihat saja nanti pada saat taxi uber dan grab semakin banyak maka tingkat persaingan antara mereka sendiri  akan lebih sengit. 

Taxi taxi itu memeperebutkan komsumen yang jumlahnya tidak bertambah.  Jumlah pengguna transportasi segitu gitu saja sedanghkan jumlahj pemebri layanan bertambah setiap hari.  Disini berlaku hukum ekonomi supply dan demand   .  Posisi  titik keseimbangan (equilibrium) akan tercapai kembali ketika pemberi jasa mendapatkan penghasilan yang terbagi rata .  Dampaknya tentu  lambat laun penghasilan para sopir plat hitam itu semakin menurun.  Oleh karena itu pada hemat saya taxi resmi sebenarnya tetap tenang saja, biarlah euphoria itu berjalan menemui titik jenuh.

Untuk mendapat kepastian tentang kebijakan Manajemen Blue Bird terkait perubahan tarif pesan taxi saya memncari informasi resmi ke web dan hasilnya begini. "Bagi Anda yang mengutamakan keamanan dan kenyamanan, memesan taksi Blue Bird melalui call center atau aplikasi adalah pilihan terbaik. Tak hanya itu, saati ini Anda bisa menikmati promo minimum payment hanya Rp.20.000,- untuk pemesanan via telepon atau aplikasi My Blue Bird.  Promo ini berlaku mulai 1 Maret 2016 untuk area Jabodetabek."

Point yang ingin saya sampikan adalah bahwa Pemerintah sebagai pemegang hak kuasa memutuskan segala sesuatu kekisruhan harus segera bertindak.  Bertindak secara adil dengan tetap berpegang pada regulasi yang ada serta cara bertindak hendaknya elegan sehingga tidak menimbulkan korban.  Tidak ada korban jiwa, material dan juga korban perasaan bagi para pihak yang sebenarnya berjuang menghidupi keluarganya di jalur profesi sopir.

Salamsalaman

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline