Memenuhi undang ke Istana siapa yang menolak. Inilah adalah satu kehormatan tertinggi bagi warga negara biasa seperti awak. Jawaban Yes langsung awak utarakan kepada Mbak Nurhasanah Admin Kompasiana. "Kumpul di Gandaria City hari Sabtu tanggal 12 Desember 2015 pukul 09.00" Bersama 99 kompasianer lain diwajibkan mengenakan kemeja batik lengan panjang, celana panjang berwarna gelap dan sepatu vantopel. Wah ini benar benar anugerah terbesar akhir tahun walaupun sebenarnya awak sudah 2 kali sebelumnya ke Istana. Pertama tahun 1982 dalam rangka Konggres Persatuan Perawat Nasinonal Indonesia (PPNI) yang di buka Presiden Soeharto di istana Merdeka. Kedua awak beserta istri dalam kapasitas Perwira Polri menerima undangan menghadiri penurunan Bendera Pusaka tahun 2007. Dua persitiwa sejarah itu tidak pakai makan makan.
Sebenarnya ada satu kesempatan lagi ke Istana yaitu ketika peringatan Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) 2009, namun apa daya baju batik lengan panjang yang baru di beli istri tak sempat dipakai. Satu hari menjelang ke Istana awak mendapat perintah dari Komisaris Jenderal Polisi Drs. Gories Mere Kepala BNN untuk mewakili beliau ke Nusakambangan. Ketika itu akan dilaksanakan eksekusi hukuman mati 2 orang terpidana narkotika berwarga negara Nigeria. Apa boleh buat sebagai Perwira Polisi hanya satu kata yang bisa diucapkan : Siap laksanakan komandan" Ketika awak menerima permintaan terakhir terpidana sebelum di eksekusi, terbayang dimata teman teman BNN sedang duduk manis berbaju batik lengan panjang mendengarkan sambutan Presiden SBY di Istana Negara.
Dari Gandaria City kami berrombongan menuju Istana menggunakan 2 Bus besar. Awak tak hendak memberitakan muhibah istimewa ini di sosial media. Jangan takabur dululah semua bisa terjadi, bisa saja ada halangan awak bersua Bapak Presdien. Nantilah setelah ada foto resmi dengan Pak Presiden, kabar berita menyenangkan luar biasa awak ini di syiarkan keseluruh penjuru dunia. Alhamdulillah semua keinginan menjadi kenyataan. Pak Presiden Jokowi benar benar ada di depan mata dalam jarak hanya 3 meter saja. Beliau berkemeja putih lengan panjang yang digulung sedikit, terlihat agar kurusan. Setelah menyalami kompasianer beliau langsung mengajak hadirin menikmati hidangan makan siang.
Kemudian acara silaturahim dalam rangka Kompasianival berlangsung. Bang Isjet mewakili kompasiana menyampaikan sambutan ucapan terima kasih atas jamuan makan. Setelah itu awak terkaget kaget ketika Bang Iskandar Zulkarnaen mempersilahkan untuk berbicara di depan Presiden Jokowi. Pasalnya Admin Kompasiana ini tidak memberi tahu terlebih dahulu sehingga kompasiner bisa bersiap siap. Jadilah awak agak tergagap karena di dadak begitu. Bang Isjet memperkenalkan awak sebagai mantan personil Badan Narkotika Nasional (BNN). Awak menjadi pembicara ke 7 dari 8 sobat yang mendapat kesempatan mengutarakan uneg uneg. Jadilah waktu 5 menit yang diberikan dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Pertama awak menggunakan kesempatan itu memperkenalkan diri sebagai warga negara biasa dimana pada waktu Pilpres 2014 menjadi pendukung Pak Prabowo. Mendengar pengakuan blak-blakan itu serta merta hadirin di ruang pertemuan Istana Merdeka riuh. Nampak Pak Jokowi tersenyum. Awak menjelaskan bahwa disampul depan Buku Prabowo Presidenku tertulis nama Thamrin Dahlan. Penjelasan selanjutnya membuat hadirin tampak lebih adem setelah awak menerangkan posisi pasca pilpres mengikuti sikap ke negarawanan Bapak Prabowo Subianto yang mendukung sepenuhnya kepemimpinan Bapak Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia ke- 7 yang terpilih secara konstitusional.
Kemudian kesempatan berbicara yang langka ini awak gunakan pula untuk mengajukan usul kepada Pak Jokowi. Saran itu berbentuk keinginan atau aspirasi kompasianer agar diikut sertakan dalam setiap kegiatan blusukan Pak Presiden kedaerah. Usulan ini berdasarkan pemikiran bahwa liputan media cetak nasional yang mendampingi Pak Presiden tour of area lebih kepada hal hal normatif. Sedangkan sisi sisi humanis nampaknya belum tersentuh dalam pemberitaan. Dari sisi humaniora inilah yang mampu di sampaikan kompasianer dalam kapasitasnya sebagai citizen jurnalis yang tidak memiliki kepentingan apa apa kecuali objektivitas reportase.
Sebenarnya saran itu bukan murni dari awak, namun hasil di diskusi kami di meja makan dengan Bapak Sukardi Rinakit Staf Khusus Presiden. Teringat peristiwa kunjungan Bapak Jokowi ke Suku Anak Dalam (SAD) Propinsi Jambi. Ketika itu muncul 2 buah dokumentasi foto kontroversial yang menjadi bahan bully atas Kewibawaan Istana. Foto pertama Pak Presiden bersilaturahim dengan SAD yang hanya memakai pakaian keseharian tak berbaju. Foto kedua ketika Pak Jokowi berbicara dengan SAD setelah mereka di berikan pakaian yang pantas. Coba saja apabila ketika itu ada citizen jurnalis dari kompasianer ikut rombungan blusukan, dapat dipastikan informasi yang "disesatkan" itu tidak akan terjadi.
Syukur Alhamdulillah saran tersebut mendapat tanggapan positif dari Pak Pressiden. Malah beliau memerintahkan kepada Kepala Staf Kepresidenan Bapak Teten Masduki untuk mengatur penunjukan 2 orang kompasianer guna diikut sertakan dalam agenda kunjungan berikutnya. " Akhir tahun ini saya akan ke Papua, nanti tunjuk 2 orang kompasianer dalam rombongan kunjungan kerja tersebut" . Tak dinyana Kompasianer bertepuk tangan meriah, sambil berguyon "mudah mudahan mendapat giliran pertama naik Pesawat Terbang Kepresidenan" Minta 1 di kasih 2 apa tidak berkah dan bermanfaat kunjungan 100 kompasianer ke Istana ?
Salamsalaman
TD