Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Dahlan

TERVERIFIKASI

Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

[FAPI] Mimpi Seorang Penulis Tua

Diperbarui: 7 Juli 2015   16:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Thamrin Dahlan Nomor 38

Masih bolehkah aku bermimpi di usia senja. Bukankah mimpi mimpi itu khusus untuk anak kecil, remaja, pemuda pemudi, dikala masih panjang jalan nan kan ditempuh. Bermimpi ketika masih banyak harapan nan kan di capai, ketika hidup masih disimpang sepertiga jalan. Bersemangat menjawab  ketika ditanya "apa cita cita mu nak kelak kalau sudah besar ?" Menjadi Pilot Pak,  aku mau menjadi Dokter, cita citaku ingin menjadi Insinyur.  Itulah 3 cita cita favourite anak anak dari zaman kezaman.  Termasuk diriku.

Mana ada anak anak bercita-cita menjadi petani dan nelayan. Paling-paling dalam wawasan keterbatasan dua pilihan atas peran ayahanda dan ibunda yang mengarahkan menjadi guru atau bidan. Dan ,.... belum ada cita cita anak anak senusantara ingin menjadi seorang penulis. Belum terdengar sampai akhir zaman ini, apakah itu pekerjaan penulis, bisakah penghidupan dikawal dari corat coret di kertas buram ?

Baiklah, nanti kuteruskan cerita tentang penulis. Mari lihat pekerjaan satu makhluk nan tiada mempunyai nafsu. Keberadaan makhluk  tertera di 4 kitab suci, tak terlihat wujud namun dirasakan keberadaannya. Dia hadir selalu di muka bumi, melayang diatas awan, sayapnya lebar terbentang dari ufuk timur sampai kebarat. Dia hadir mengabsen manusia ketika shalat subuh di baitullah. Dialah Malaikat.

Malaikat suka kepada anak-anak yang suka bermimpi, terutama bercita-cita tinggi selangit misalnya melalang buana ke 5 benua. Kenapa tidak setinggi itu cita citamu nak ? apa yang engkau risaukan. Ketahuilah Malaikat pun setia mencatat semua angan angan dan lamunanmu itu. Atas seizin Tuhan Maha Pencipta Alam, serdadu Malaikat mengawal mimpi mimpi si anak desa dengan satu saja syarat.  Syarat sederhana saja, kiranya sang pemimpi selalu mengulang dan mengulang cita citanya dalam setiap mimpi dilelapnya tidur. Yakinlah mimpi itu akan terwujud dalam hamparan kemudahan menjadi kenyataan.

Inilah cita-citaku dulu. Teman  sepermainan di desa kecil Tempino (27 km dari Kota Jambi)  sering dan amat sering mengatakan : "emang dari hongkong !!!. "  itulah ucapan ritual ketika kami mendengar sesuatu yang tidak masuk akal.  Suatu berita ataupun benda aneh apa saja selalu di tembakkan ke Hongkong.  Negeri manakah itu. Atlaspun tak ada di sekolah desa. Hongkong, Hongkong mulai masuk dalam mimpiku.  rasa penasaran membuncah, dibelahan bumi manakah negeri awan itu terhampar. Dan Malaikat mulai mencatat mimpi si anak desa bercelana monyet tak beralas kaki ketika berlari kesekolah.

40 tahun kemudian. Janji Tuhan menjadi kenyataan. Tanah daratan Hongkong telah ku pijak  2 kali ketika tugas negara mengantarkan kami kesana. Malaikat  menuntaskan janjinya.  Inilah kawasan teritorial bagian daratan cina yang engkau impikan dulu. The dreams come true.  Entah bagaimana mimpi itu bisa terwujud.  Jalan Tuhan beragam tak terpikirkan dan tak terdugakan. Perjalanan panjang pekerjaan telah mengubah kemustahilan menjadi  keajaiban. Kun Faya Kun seperti tertera di Surah Yasin ayat 82. Hak preogratif Tuhan Yang Maha Kuasa. Seorang anak desa bisa melalang buana bukan saja ke Hongkong tetapi ke tiga benua.  Semua berangkat dari "keberanian" bermimpi.

Kini diusia senja masih bolehkan aku bermimpi.  Paling tidak di usia 63 tahun hari ini sejak lima tahun purnabhakti apalagi yang belum tercapai. Izinkan daku mengurai satu demi satu harapan nan belum terwujud dan masihkah Malaikat itu bersahabat dan kemudian berkenan mencatat angan angan si penulis tua.

Mimpi untuk Indonesia dululah.  Negeri ini makmur aman sentosa dipimpin oleh Raja Amanah 

Mimpiku untuk ibukota Jakarta, macet dan banjir bisakah hilang sebelum berganti Gubenur

Mimpi untuk keluarga, mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah warrahmah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline