Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Dahlan

TERVERIFIKASI

Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Peribadatan (Tanpa) Berkorban

Diperbarui: 17 Agustus 2015   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Mahatma Gandhi mensinyalir terdapat 7 Dosa Sosial.  Dosa Dosa kolektif yang dilakukan secara bersamaan oleh masyarakat dengan komando para penguasa.  Sadar atau tidak sadar salah satu dari dosa sosial itu adalah peribadatan tanpa pengorbanan. Tokoh Dunia sekaliber Mahatma Gandhi mengatakan bahwa dunia ini semakin diperburuk oleh perilaku manusia akibat dari sistem  pendidikan tanpa karakter.

Baik kita ulangi sekali lagi menelisik apa saja dosa - dosa sosial itu :

  1. politik tanpa prinsip
  2. kaya raya tanpa kera keras
  3. kesenangan tanpa nurani
  4. perniagaan tanpa moralitas
  5. sains tanpa humanis
  6. peribadatan tanpa pengorbanan
  7. pendidikan tanpa karakter

Salah satu dosa sosial itu adalah peribadatan tanpa pengorbanan.  Begitulah peredaran bumi terus berlangsung bersamaan dengan merasuknya hawa nafsu manusia dalam menjalankan kehidupan sehari hari. Terkait dengan hari Raya Idhul Adha, maka relevan kalau kita melihat lagi bahwa berkurban bagi umat Islam adalah suatu kewajiban bagi yang mampu.  Mampu dalam arti memiliki harta yang harus dikorbankan. Nabi Ibrahim sebagai Bapak Tauhid telah memberikan contoh teladan baik tentang makna sejati berkurban.  Beliau mengorbankan harta yang paling disayanginya yaitu anak kandung sibiran tulang Nabi Ismail.

Ya itulah makna sebenarnya dari berkurban.  Memberikan yang kita sayangi dan cintai sebagai pembuktian iman kepada Sang Khaliq.  Kurban itu akan diterima Allah SWT sebesar apa pengurban umat.  Semakin besar nilai hakiki kurban maka semakin tebal pula keimanan yang terkandung didalam dada. Mengurban sesuatu yang disayangi bukan mengurban harta jelek. Janganlah  mengurbankan harta yang buruk,( bahkan kita sendiri tak menginginkannya.) Berikanlah yang terbaik, kurbankan yang paling disayangi, keluarkan harta senilai seekor kambing atau seekor sapi untuk komunitas kelaurga.

Mengalirkan darah khewan yang ditakdirkan sebagai kurban adalah suatu pembuktian bahwa keimanan dan ketaqwaan itu masih bersemayam di dalam qalbu.  Inilah hari raya haji, hari raya kurban yang memberikan dimensi sosial bagi sesama umat.   Betapa tidak masih banyak saudara kita yang berada dalam status sosial dan status ekonomi dibawah garis kemiskinan.  Inilah hari raya bagi mereka, hari raya kasih sayang dimana saudara saudara kita itu bisa menikmati hidangan Tuhan.

Selamat berkurban, kurbankan apa yang disayangi, inilah makna sesungguhnya dari peribadatan dengan berkurban, bukan peribadatan yang bersifat ritual semata.

Salam salaman

Tede

PenaSehat PenaKawan PenaSaran

10 Dzulhijah 1433 Hijriah

26 Oktober 2012

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline