Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Dahlan

TERVERIFIKASI

Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Labbaik Allahuma Labaik, aku memenuhi panggilanmu ya Allah,....

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_138503" align="aligncenter" width="349" caption="Jabal rahmah"][/caption] Menunaikan ibadah haji adalah suatu karunia terbesar Allah SWT kepada umatnya, termasuk bagi  keluarga besar kami.  Ayahanda H Dahlan Bin Affan dan Ibunda Hj Kamsiah Binti Sutan Mahmud memenuhi pangilan Nabi Ibrahim tahun 1981, ketika Mamak dan Bapak  akan berangkat dari Asrama Haji Pondok Gede  ke tanah suci  saya mohon didoakan 2 hal saja.  Permohonan itu kiranya dapat di bacakan di tempat tempat mustajab yaitu di  Raudhah Masjid Nabawi, Multazam Masjidil Haram dan di Padang Arafah. Doa titipan tersebut adalah :

  1. pertama mohon di berikan jodoh
  2. kedua agar kemudian kami suami isteri bisa juga menunaikan Rukun Islam  ke - 5 .

Allah Akbar, Allah Maha Besar, Alhamdulillah doa kedua orang tua kami di ijabah Allah SWT.  Dua tahun kemudian yaitu 7 Oktober 1983  saya menikah dengan idaman hati dan restu kedua orang tua.  Selanjutnya 22 tahun  kemudian tepatnya tahun 2003 saya beserta istri tercinta Enida bin Busri berangkat ke tanah suci.  Kekuatan doa itu didasarkan niat yang kuat dengan menabung sedikit demi sedikit di Tabungan Khusus Haji sebagai wujud keseriusan.. Ya 20 tahun setelah menikah, dengan karunia 4 orang anak tidak menjadi halangan bagi kami menunaikan ibadah haji.  Anak terkecil lahir tahun 1992, masih duduk di kelas 5 SD. Dengan mengucapkan Bismillahirahmanirrahim kami berangkat menitipkan ke -4 mata hati kepada Allah Yang Maha Penjaga.  Alhamdulillah tiada kekuatiran meninggalkan anak anak yang masih kecil - kecil selama prosesi ibadah haji 40 hari. Bergabung bersama Kelompok Bimbingan Ibadah haji (KBIH) Mabes Polri kami mengikuti program manasik dengan seksama.  Walaupun sebelumnya saya sudah menunaikan ibadah haji tahun 1994 dan 1998 sebagai petugas, namun rasanya ilmu manasik haji masih saja terasa belum lengkap. Dalam rombongan terdapat beberapa perwira menengah dan perwira tinggi Polri seperti Bapak Taufik Effendi ( sepulang haji menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara).  Kekompakan sesama jamaah sangat terjaga sehingga terasa sekali nikmat dalam setiap kesempatan di tanah suci seperti ibu ibu masak bersama, berangkat ke masdjid bersama dan tentunya berbelanja ke pasar seng juga berrombongan. Beberapa pengalaman ruhani selama menunaikan ibadah haji, memberikan suatu kekuatan akan keyakinan akan  kebesaran Allah SWT.  Salah satu pengalaman yang berharga adalah menghadapi perubahan sistem transportasi dari Padang Arafah ke Mina.  Taraduddi, demikian Pemerintah Arab Saudi menamakan Program baru Transportasi tersebut.  Tarduddi mulai diberlakukan tahun itu, dimana bila selama ini Bus yang di naiki Jamaah dari Padang Arafah bisa langsung ke Mina,  dengan perubahan ini, Bus pengangkut jamaah hanya mengantarkan sampai di Muzdalifah tempat mabit sekalian mengumpulkan batu untuk melontar. Kebijakan Pemerintah Arab Saudi tentunya dimaksudkan untuk memperlancar arus jutaan jamaah yang bergerak secara bersamaan dari Padang Arafah ke Mina melalui Muzdalifah pada tanggal 9 Dzulhijah. Berangkat dari Padang Arafah, bus yang kami tumpangi relatif lancar. Kami tiba di Muzdalifah menjelang waktu Ashar.  Bus tersebut kembali ke Padang Arafah, kami di perintahkan untuk memungut batu yang akan  dipergunakan waktu melontar jumrah. Mabit itulah artinya berhenti sejenak di Muzdalifah seperti sunah Nabi Muhammad SAW.   Secara teori seharusnya sudah tersedia bus yang akan mengangkut kami ke Mina, namun apa yang terjadi, tunggu punya tunggu bus tak kunjung tiba. Cuaca dingin menyengat jamaah yang hanya mengenakan pakaian ihram, hari semakin sore jamaah mulai gelisah.  Dilapangan terbuka jamaah yang baru datang dari Padang Arafah semakin banyak, namun yang di berangkatkan ke Mina tak satupun. Macet total, kendaraan tidak bergerak. Beberapa jamaah tak sabar menunggu, langsung mengangkat tas, berjalan kaki menuju Mina yang jaraknya  masih puluhan kilometer.  Terlihat beberapa jamaah sepuh mulai menurun kondisi tubuhnya, petugas tak terlihat, fasilitas umum tidak ada sama sekali.  Hari semakin larut, Innalillahi saya menyaksikan ada seorang jamaah haji wafat. Saya dan istri memutuskan tetap menunggu bus, subuh menjelang terang, akhirnya dengan sedikit berebutan, naiklah kami ke bus yang penuh sesak. Hari telah terang tanah ketika kami tiba di Mina. Mencari lokasi kemah maktab suatu persoalan lagi, untunglah kemah kami temukan.  Setelah istirahat sejenak bersama rombongan kami beringsut menuju lokasi jumroh untuk melaksanakan melontar pertama di jumroh Aqobah.  Pengalaman yang sangat berkesan, Alhamdulillah kami dapat melewatinya dengan penuh keyakinan bahwa diperlukan kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi situasi dan kondisi tak terduga. Setelah prosesi rukun haji selesai, rombongan kedua jamaah haji Indonesia bersiap siap menuju Kota Madinah. Masih tersedia beberapa hari untuk melaksanakan ziarah ke tempat tempat bersejarah di kota Mekah. Salah satunya adalah Jabal Rahmah.  Jabal Rahmah terletak di Padang Arafah, berupa bukit berbatuan dimana diatas nya berdiri kokoh sebuah tugu peringatan.  Tugu tersebut melambangkan kisah pertemuan Nabi Adam AS dengan isterinya Siti Hawa setelah diturunkan dari surga ke bumi. Semua jamaah haji pasti menyempatkan ziarah ketempat ini, walaupun medannya sulit dan terjal, jamaah berusaha mendaki bukit sampai di puncaknya. Berdoa dengan khusyu, antara lain menyebut nama anak anak agar meeka suatu saat kelak mendapat kesempataan menunaikan ibadah haji, amin ya rabbal alamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline