[caption id="attachment_317542" align="aligncenter" width="508" caption="Sumber dokumen TD"][/caption]
Siapa yang tidak tahu Warong Amat. Tentu Obama tidak tahu, tetapi seandainya Presiden US itu ingin menikmati hidangan lezat 'ala Tempino. Bolehlah beliau datang ke simpang. Ya simpang Tempino tepatnya. Di simpang itulah Warong Amat berdiri sejak 60 tahun lalu. Warong Amat terletak dipinggir jalan strategis tepat pada persinggahan kendaraan yang akan menuju kota Padang atau Palembang.
Posisi strategis itulah yang membuat Warong Amat bisa bertahan sampai saat ini. Apabila anda berkendara dari kota Jambi menuju Palembang atau Padang maka setelah menempuh perjalanan 27 km tibalah anda di simpang 3 Tempino, disitu ada Warong Amat. Restoran ini menjadi persinggahan favourite pengendara untuk menikmati makan atau paling tidak membeli nasi bungkus untuk bekal karena desa persinggahan selanjutnya cukup jauh. Toko Amat buka 24 Jam sehari guna melayani para sopir truk yang ingin istirahat sembari menikmati kopi 3 A khas produksi Jambi.
Papan nama Warong Amat berdiri megah di simpang Tempino. Tampak beberapa mobil parkir didepan warong. Para musafir transit sejenak sebelum melanjutkan perjalanan jauh sembari menikmati makanan super maknyus olahan warong Amat. Lebaran adalah waktu rehat bagi warong Amat, namun atas permintaan warga Tempino yaitu pelanggan setia, terutama yang kehabisan stock rendang atau makanan lain di rumah boleh mengandalkan warong Amat. Hanya saja sistem antar atau delivery makanan belum ada di kampong awak, pembeli harus datang sendiri tentu saja dengan harap harap cemas belum kehabisan persediaan masakan Amat.
Amat adalah teman sekolah di Sekolah Rakyat (SR) tahun 1958 - 1963. "Oh si tham ", begitu Pak Amat menggenggam tangan awak setelah memperkenalkan diri. Amat masih ingat, untunglah memory 59 tahun lalu masih menempel ketika sama sama belajar berhitung dan membaca di dusun kecil Tempino. Setiap mudik awak selalu menyempatkan diri bersilaturahim dengan Amat, karena teman sekolah di SR yang masih bisa ditemui sudah tidak begitu banyak lagi.
Pak Amat dulu ganteng putih dan berambut keriting. Selepas SR, keluarganya lebih suka beliau menlanjutkan usaha warong nasi. Di usia senja Pak Amat lebih suka berbotak ria, namun awak sempat menyaksikan putranya yang persis berrambut ikal sedang menghitung belanjaan awak 3 nasi bungkus masakan khas Pak Amat
[caption id="attachment_317544" align="aligncenter" width="544" caption="Sumber : dokumen TD"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H