Bagian 2
Cerita Minggu Pagi 92
Sebenarnya tak seberapa strawberry yang bisa kusesap. Ritual di kebun dan memilah-milah mana yang mesti dipetik itulah yang mendatangkan sensasi. Sambil membayangkan sebagai tuan puteri berada di taman yang aman dan nyaman karena dijaga para pengawal. Ah, ini kelewatan. Imajinasi seorang yang sedang menghilangkan penat, rupanya seperti ini. Apalagi berada di kebun strawberry dan baru saja bertemu dengan seorang lelaki yang lebih tepat disebut tuan. Itu kalau dilihat sosok dan penampilannya.
Dari kejauhan kulihat Titin sedang asyik berbincang dengan Donny. Mereka seperti asyik benar. Entah pembicaraan macam mana? Lho, kok aku merasa gerah? Bukankah mereka sama-sama pegawai yang setidaknya memungkinkan untuk berbicara dan bekerja sama dalam lingkungan yang sama. Satu manajemen.
Aku melangkah ke arah mereka, entah terseret alasan apa. Namun sebelum tiba di tempat mereka, Donny bergerak. Lalu ia menuju mobil bak terbuka. Dan tak lama menghilang setelah melewati pintu gerbang kebun ini.
"Donny ke mana, Teh Tin?" tanyaku ketika tiba di depan Titin. Aduh, kok terlepasan? Telanjur. Basah. Sekalian saja kuyup. "Ada kerjaan, ya?"
Titin menatapku heran. Namun ia segera menyunggingkan senyum manisnya.
"Ya, dia ke kebun sebelah selatan sana. Kebun satunya lagi yang besar."
Manggut-manggut aku.
"Dia lagi lebih sering di sana. Mungkin karena belum dikenal seperti yang di sini."
"Ya, benar. Kalau yang di sini, kan saya sudah mengenal beberapa waktu lalu."