Cerita Minggu Pagi 80
Tetap cantik rambut panjangmu
Meskipun nanti tak lagi hitam
R sedang ada di Spanyol. Saat ia mengabarkan tentang dirinya yang merasa sepi. Dan mengirimkan sepotong puisi lagu kami, yang terus diulang dinyanyikan. Bersama, di Bandung Selatan maupun Utara.
Aku mendesah. Orang kalau sepi, dan berada jauh dari kekasihnya apa begitu? Aku baru mengerti kini. Tidak dari siapa-siapa. Namun dari mulut orang yang mungil. Sepasang bibirnya seperti lukisan. Hanya sepasang bibir merah. Walau rambutnya merasa tak lagi hitam seperti ketika kuantar ke Bandara berkumpul dengan rombongan Angklung.
"Perutmu, beres-beres saja, R?"
Tak ada jawaban. Mungkin tak siap dengan pertanyaanku yang konyol.
"Sudah. Anggap saja angin lalu. Di sini, di Bandung sedang dingin. Apalagi aku di Pengalengan ...."
Jawaban segera muncul. Di WA.
"Ngapain ke Pengalengan, Bang?"
Aku menghela nafas dalam-dalam.