Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Sonata

TERVERIFIKASI

Wiswasta

Adelaide di Mata Dua Orang Guru Bekasi

Diperbarui: 20 Februari 2018   23:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://www.goldenrama.com

Tak semua guru malas. Hanya berputar mengajar dan terjebak dalam rutinitas empat dinding sekolah, dan pulang dengan keletihan mendera. Jika itu yang terjadi, berhenti "persoalan" pendidikan yang ada di antara kita.

Oleh karenanya, ketika ada kesempatan guru untuk "study" banding atau apa pun namanya ke luar dari ruang kelas, manfaatkan secara maksimal. Lebih-lebih bila itu dilakukan di luar negeri. Ini yang dilakukan Saiful dan Arenarita, pasca 21 hari berkutat di Adelaide, Australia Selatan. Oleh-olehnya bisa dikunyah secara lebih luas. Mereka memindahkan Dunia di wilayah itu ke dalam sebuah buku sederhana ini.

Tajuknya menggelitik: Oh, Adelaide. Tulisan tandem dua orang guru bahasa Inggris Kota Bekasi, mengisahkan apa yang dilihat, didengar secara langsung dan dirasakan serta dipikirkan secara bersama. Mereka berbagi apa yang kemudian diterakan di sini. Sejak persiapan di dalam negeri, sebelum mendapatkan "kepastian" berangkat, dan persyaratan yang mesti dilewati. Dan, yang menarik, tak mesti guru berbahasa Inggris. Karena ketika mereka berdua berangkat ada guru SD. Jumlahnya tiga belas orang dari wilayah yang kerap diledek sebagai "pembuangan sampah" bagi warga ibukota.

Selayaknya, seorang guru bahasa dan bukan bahasa Ibu, mereka tak terlalu gagap mengejawantahkan "Adelaide". Tentang Kota Seribu Gereja yang berhawa sejuk. Tempat tepat untuk menimba ilmu dan diperbandingkan. Diambil yang baik, dan sebagai "pengetahuan" untuk disikapi secara bijak.

"Salah satu bentuk konsistensi tersebut adalah sikap masyarakat yang selalu menjaga kebersihan dan kelengkapan fasilitas umum yang disediakanoleh pemerintah setempat," gores Arenarita, halaman 83.

Bu Rena mendatangani buku karya tandemnya: Oh,Adelaide. Foto: dokpri TS

Lagi, Arenarita mengungkap hal remeh diunggah di sini. Di mana alat transportasi di Adelaide yang secara spesifik berbeda dengan ibukota negara kita Jakarta. Sekali ini, disebabkan ini bukan sebuah tempat yang hiruk-pikuk, kemacetan dan sampah yang tak kunjung benar dimanajemenkan -- termasuk Pak Gubernurnya.

Berkaca dari dua penulis ini, selazimnya ada dibagikan oleh tenaga pendidik bila belajar di tempat lain. Kendati dengan waktu yang terbatas mengingat fokusnya adalah "study". Yang energinya berbeda jika dibandingkan dengan kesahariannya.

Yang lebih menarik, penulis -- terutama Saiful -- yang kerap menuliskan fiksi. Sehingga ia bisa menuangkan suasana atau atmosfer di wilayah yang telah dikunjungi dan dituliskan. Buku Oh, Adelaide bukan buku pertamanya. Sehingga pegiat komunitas literasi Jawa Barat (KPLJ) ini bisa menggandeng teman-teman di MGMP Bahasa Inggris Kota Bekasi khususnya untuk menggiatkan literasi. Menulis,menerbitkan buku,pelatihan, dan seterusnya.

Dok.pribadi

Sekali dayung, seorang guru yang tidak malas, maka akan terlampaui dua-tiga pulau. Tanpa beban. Karena itu sebagai bentuk ekspresi dan bisa dibagikan ke sesama guru yang sudah semestinya menulis. Bukankah kelompok di mana penulis berada, adalah himpunan orang-orang bahasa. Yang bertutur dan bisa memilih dan memilah kata (diksi) untuk penghalusan budi pekerti di tengah gelombang era milenial yang membuncah dan berlari.

So? Tak lagi hanya membaca dunia lewat buku. Namun sesungguhnya bisa menuliskan dunia di bagian mana pun untuk kebersamaan.

Itu value guru yang tidak malas, dan passion-nya menulis. Kejarlah mereka. Dan ada jejak yang tak mudah dilupakan. Karena setelah mengajar, ada karyanya yang "terus saja" ada. ***

Judul                     : Oh, Adelaide

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline