Cerita Minggu Pagi 57
Baju pengantin telah kutanggalkan dini hari
Jenuh awan yang kelabu berakhir di ujung hujan*
Pedih mata memandang sekeliling jalan yang kulalui sepanjang siang belum matahari di kulminasinya, padahal. Motor yang kukendarai bagai tak berujung. Terus dan terus berebut dengan sinar yang berderang di entah berapa derajat Celsius. Namun aku menuruti ketika di lampu merah dan menyala, dan berhenti sambil tengok-tengok barangkali ada yang bisa menyejukkan retina untuk sekejap.
Tak.
Aku kembali menangkupkan pelindung kepala, dan sekali menghela nafas bersamaan dengan gigi satu kutekan. Ah, motor tua. Bunyi gemeretuk pun masih terdengar ditiban sebuah klakson yang mesih masuk ke telingaku.
"Meleeeeng!"
Kusebut saja Tuhan. Karena antara jengkel menahan amarah sekaligus aku mengutuk diri. Salah, memang. Dan aku menepi sembari menaikkan helm.
Pengendara dengan suaranya me-meleng-kanku, menepi juga. Dan membuka helm cakilnya.
"Apa lagi?" gumamku.