Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Sonata

TERVERIFIKASI

Wiswasta

Kompasianival 2017 dan Sisa-sisanya

Diperbarui: 31 Oktober 2017   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketemu dengan Mas Wedha Orang Majalah HAI yang ngetop dengan Pop Art-nya (dok. Ikhwanul Halim)

Dateng ke Lippo Kemang, Jaksel dengan semangat 45. Bukan 100 persen semangat. Kenapa? Karena untuk acara Kompasianival  kali ini KutuBuku seperti komunitas lain di bawah naungan Kompasiana ndak punya kesempatan nangkring dengan booth-nya.  Karena sudah digiring ke ICD di Jogja lima bulan lalu.

Kompasianernya cuma Ikhwanul Halim. Lainnya: Mas Wedha, Jokpin dan penggali Kompasiana: Kang Pepih

Tak apa.

Karena yang penting kopdar dan bersua dengan para kompasianer dari berbagai-bagai. Selain punggawa Isjet, Nurul Uyuy. Sedangkan Kompasianernya dari Palembang ada Dues K, Dokter Posma Siahaan, sampai Agung Prasetyo Surabaya serta para pemenang: Nanang Diyanto, Lilik Fatimah Azzahra (Malang) yang beruntung menyabet dua piala sebagai Best in Fiction dan People Choice. Atau Yon Bayu yang menang Best in Opinion dan ngajak makan-makan. Sementara Listhia juga menang Spesific Interest, selain Zulfikar Akbar nyabet Kompasianer of Year 2017.

Lha, kok semua yang menang kenal, sih?

Hahaha. Berarti sudah senior TS ini -- baca: tua! Memang. Apalagi ketika melihat Mbak Titiek Puspa masih petakilan (kerap menyebut diirinya begitu, ketika wawancara dengan beliau. Kebetulan, Pakdenya, Pak Suroto tetangga saya di Pemalang waktu meninggal Mbak Titiek melayat). Kayaknya masih enom wae.

Generasi tua yang sedikit dibandingkan yang muda (dok. Ikhwanul)

Saya pikir, saya masih muda. Kemudian, ketika Mas Wedha -- pemilik hak cipta WPAP -- ia masih guyon begini, "Rin, awake dhewe iseh dirungongke omongane, yo?" katanya. Ya, jika saya (Rin, Thamrin) dan Mas Wedha masih didengar omonganya. Termasuk sebagai tamu yang naik panggung Lippo Mall sore itu (tahun 2012 ia juga ngisi Kompasianival di Gancit). Aku sempat difoto bareng Ikhwanul Halim yang habis ngobrol dengan Mas Wedha dan Jokpin (sang penyair) ndelul alias nyeleneh.

Ya, iyalah, Mas. Sampeyan temen Mas Arswendo (tahun depan boleh tuh diundang spesial di Kompasianival 2108, nih!)  sejak zaman nggak enak di Majalah HAI dan aku yunior sampeyan, delapan puluhan.

TS masih muda kalau ada di antara mereka, hahaha

Acaranya bagi yang muda-muda, bisa sangat menarik. Kalau saya sih simple. Lha, wong sudah ndak perlu ngeburu penghargaan atawa ngejar-ngejar nara sumber hari itu yang nggggetop-nggggetop: Menteri Sri Mulyani, dan seterusnya. Untuk diajak foto bareng, dan bisa diperlihatkan eada teman-teman di kampung. Ya, karena mereka datang ke Lippo Kemang kesasar buktinya. Seperti yang terjadi pada Bambang Setyawan yang telat dan ndak ketemu inyong.

Itulah kelebihan jadi Kompasianer. Gampang ketemu orang terkenal dengan nangkring dan apalagi dalam acara heboh seperti Kompasianival ini. Hingga saya pernah menulis: Gampang untuk bertemu dengan Menteri. Cukup jadi Kompasianer.

Betul.

Klem kalau yang ndaftar 2500 orang di acara Kompasianival di daerah Kompasianer Kong Agil ini, menjadi mungkin saya pun tak mengenali 2000 orang itu -- apa yang 500 kenal? Ndak juga. Meski  terobati dengan kopdar bareng dedengkot (pembuka belukar Kompasiana) Kang Pepih Nugraha. Lumayan gayeng membicarakaan kekinian perihal media era milenial yang seperti sedang dimuntahkan oleh pelaku yang ndak punya latar belakang "orang media".  Sehingga nabrak-nabrak. Ya, apalagi ia pernah ke lembah Silicon Amrik sana, dan sudah menulis buku berjejak: tentang Kompasiana Sebagai Warga Biasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline