Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Sonata

TERVERIFIKASI

Wiswasta

Bambang Purnomo J Pergi ke Pulau Ayer

Diperbarui: 7 Februari 2017   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Ayer, aku datang

Hari masih pagi, pada Sabtu awal Februari yang cukup basah. Ada gerimis tersisa, sehingga Dermaga 17, Marina Ancol lembab. Meski bukan dingin menggigit seperti di pegunungan. Tujuan jelas, ke Pulau Ayer yang jika tak ada aral seperti ombak dan gelombang besar – cukup ditempuh tiga puluh menit. Dengan kapal speed boat. Kerap disebut predator, sebagai angkutan swasta kelas menengah. 

Ada dua puluh orang yang siap menuju Pulau Ayer yang cukup menggoda sebagai destinasi terutama warga Jakarta. Namun kali ini kulihat ada orang asing berkulit putih, sekira lima orang dewasa. Tampak rombongan reunian dari alumni sebuah sekolah SMA Swasta, Pontianak. Juga entah siapa lagi, yang sebagian ngopi atau sekadar mengganjal perut sebelum berangkat menuju Pulau Ayer.

Pulau Ayer dari atas (dok Pulau Ayer)

Untuk mereka yang akan ke Pulau Ayer, karena week-end, dikenakan bayar Rp. 290. 000 per orang one day tour. Sedangkan anak-anak, cukup Rp. 275.000 – usia 3 sampai 12 tahun. Dan sekira pukul pukul 09. 20 menit kapal beringsut meninggalkan Pantai atau bibir Laut Jawa Jakarta. Perjalanan lancar, meski ombak agak besar. Namun tiba di Pulau eksotik itu tak ada hambatan. Sekitar pukul sepuluh kami tiba.

Kapala merapat, ke front office dan saya turun dari kapal yang khusus merapat ke Pulau Ayer. Ah, ombak yang cukup menggoyang-goyangkan kapal, maka kendaraan air ini mesti dicarikan tempat yang aman. Persisnya di samping dermaga Pulau Ayer. Kapal tidak ke mana-mana. Berdiam di sana, dan akan balik lagi ke Marina, Ancol untuk wisatawan satu hari saja.

dokpri

“Selamat datang, Pak Bambang,” sambut Pak Agus, asisten manajer resort Pulau Ayer itu dan mengajak ke lobi yang menghadap laut tidak tenang pagi itu.

Kami pun berbincang hangat dengan lelaki matang yang berbaju putih menyerupai gamis, koko lengan pendek. Celana hitam. Bersepatu. Saya pun menyebutkan tujuan ke Pulau Ayer itu, yakni membawa proposal Bulan Dana PMI Kabupaten Kepulauan Seribu. “Bisa saya bantu?” awalnya Pak Agus membuka pembicaraan dan kami masuk pada persoalan.      

Pulau ini, layak untuk dikunjungi. Termasuk bisa direkomendasikan, buktinya ada bule yang ber-weekend yang berangkat bareng di kapal tadi. Saya tak sempat berbincang, memang. Namun jika ada pemandangan indah seperti ini cukup menjanjikan, tentu.

dokpri

Pulau Ayer ini sebenarnya tak besar, hanya sekitar 6 Ha. Kalau dikelilingi dengan berjalan kaki, mungkin hanya memerlukan waktu 30 m, berjalan santai. Tempat yang berdiri sejak pertengahan delapan puluhan ini memiliki  52 Cottage. “Kunjungannya lumayan bagus, terutama kalau lagi rame seperti malam Tahun Baru. Full,” kisah Pak Agus lagi.

Percakapan di tempat mengudap berbintang, memang mengasyikkan. Memandang laut, atau melihat orang-orang berlibur. Bisa mencebur ke kolam renang bukan laut, atau ke laut sambil mengendarai kendaraan air yang tersedia. Semisal mau jet Skiing, Banana Boat dan seterusnya. Termasuk kalau mau main basket atawa cuma jogging. Juga di dalam pulau yang ramah bagi anak-anak.

dokpri

Bambang sebagai pensiunan Kabupaten Kepulauan Seribu, terbiasa dengan fasilitas pulau-pulau yang dimanajemeni swasta. Terlebih ia punya kemampuan sebagai therapys. Maka tak ayal, ketika Eko, salah satu pegawai Pulau Ayer ada sedikit keluhan, segera ditanganinya. Dengan sekali sentuhan, lelaki muda itu merasakan kenyamanan. “Terima kasih, Pak Bambang,” ujarnya.

Lelaki yang sebagian rambutnya memutih itu, tersenyum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline