Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Sonata

TERVERIFIKASI

Wiswasta

Resolusi: Bingung itu Sederhana

Diperbarui: 31 Desember 2016   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pri

Sepanjang Tahun 2016 – yang tinggal beberapa jam ke depan – itu saya lumayan disibukkan dengan passion saya: menulis, mengedit, menerbitkan buku. Di samping ngomong di depan orang-orang yang ingin menulis, menerbitkan buku dan beresolusi: Tahun depan, maksudnya: tahun 2017, saya akan menerbitkan 4 (empat) judul buku!

Betapa senang saya mendengarnya. Karena, berarti, akan tambah judul buku lagi dari tema-teman yang menulis buku. Baik mereka yang belum punya buku sendiri, maupun yang sudah. Sebab, penerbitan buku di negeri ini masih, masih dan masih kurang. Laporan Unesco, angkanya 0,001. Memperihatinkan. Bahwa seorang WNI yang serius membaca satu judul buku dari seribu orang negeri berpenduduk 250 an juta jiwa yang tersebar di lebih 17. 000 pulau yang ada.

Bulan November lalu, Komunitas KutuBuku Ngopah buku 3 Kompasianer: Ikhwanul Halim, Sugiyanto Hadi, dan Edrida Pulungan. “Ya, ini Ngoplah pertama fiksi di Kompasiana,” ujar Kang Pepih Nugraha – yang pamit untuk meninggalkan Kompasiana.

Disusul di Kompasianival. Komunitas KutuBuku diberi kesempatan menggelar lapak, dan memejengkan karya-karya Kompasianer. Lebih dari lumayan, Menlu RI Retno. LP Marsudi menyambangi lapak sederhana dan kecil kami. Di situlah saya sedikit membeberkan niat-niat baik Kompasianer dalam menerbitkan karyanya walau ada yang tinggal di luar negeri. “Wah, hebat!” sebut Ibu Penerima Anugerah Hamengkubuwono IX dari Universitas Gajah Mada, Jumat (30/12) di Jogja.

Acara di Kompasianival 2016. mejengin buku KutuBuku di depan Bu Menlu (foto: Arum Sato)

Memasuki bulan Desember, persisnya Jumat (23/12) Bukunya Uda Thamrin Dahlan di-Ngoplah-kan di Kantor kompasiana. Judulya, menjawab kebohongan-kebohogan yang kian meruyak hebat. Ternyata orang partai seberang dari Partai yang mengusung Jokowi ini jadi presiden, tetap waras ketika ia diundang ke Istana tahun 2015. Bahka oleh Uda TD yang menulis Prabowo Presidenku, sempat menuliskan di bukunya kesepuluh Bukan Hoax itu. Bahkan, memenangkan sebagai tulisan terbaik dalam usia Kompasiana kedelapan.

Lalu, persis Jumat (30/12) kemarin saya didapuk untuk ngomong di Teacher Writing Camp 6 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) oleh Komunitas Omjay dan Namin AB Solihin. Selain ngomong, saya membeberkan gimanasih menerbitkan buku secara indie atawa mandiri. Saya pun paparkan secara sederhana di hadapan 20 orang guru dari berbagai daerah yang bersemangat untuk menulis dan (kalau bisa) punya buku ber-ISBN.

Jadilah!

Bahwa menulis di era milenial dan serabutannya tulisan-tulisan palsu, menipu atau abal-abal menyesatkan berupa hoax, terus mengemuka. Ya, di samping UU ITE yang kian mengejutkan bagi yang tidak bisa menahan diri sebagai penulis yang lazimnya “mengedit diri” sebelum mempublikasikannya. Repot lagi, bila seperti yang ditulis teman penulis Ersa Sasmita, jika reporter Stasiun TV ngomong di depan camera dengan bahasa langsung. Akan tampak seperti apa bahasa belepotn atau teraturnya ia!

Saya pun ingin sekali beresolusi seperti teman-teman yang dalam hal ini menulis. Walau dengan sederhana. Dan jika dikaitkan dengan puisi keren dan favorit yang bukan penyair sekalipun: bahwa Aku Ingin Mencintai Dengan Sederhana, tapi saya tetap bingung. Jadi, bolehkah kalau saya menyebutkan begini dalam beresolusi: Bingung itu sederhana?

Buah dari suka ngomong soal nulis (dok.pri)

***

Angkasapuri, Penghujung tahun 2016

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline