Sabtu akhir pekan Bulan September lalu, saya menginjakkan kaki di Gedung PMI Jalan Kramat Raya 47, Jakarta Pusat. Di lantai lima gedung bersih itu, sedang berjoget orang-orang mengikuti musik yang mampu menggoyang siapa saja yang hadir. Di sana, ada Rini Sutiyoso, Ketua Pengurus Provinsi PMI DKI Jakarta. Ikut bergoyang dan memenuhi permintaan peserta untuk selfie. Semua bergembira. Seperti Bambang Purnomo Jati yang sudah 51 Kali menjadi pendonor, dan hadir dengan wajah sumringah.
“Siapa Bapak Palang Merah Dunia?” tanya Rico Ceper, melontarkan kuis. Pesohor dan komedian itu kerap berhenti karena diminta untuk selfie.
“Henry Dunant!” acung seseorang. Dan ia pun diganjar hadiah.
Hari itu, PMI seperti ingin membahagiakan seratusan lebih orang yang telah mendonorkan darahnya minimal 50 kali. Sebab, dari merekalah orang-orang yang sedang membutuhkan “bantuan darah” bisa terpenuhi. Meski tetap, stok darah “kurang”. Di mana kebutuhan darah di DKI Jakarta mencapai 800-1000 kantong per hari. Namun setidaknya, 323 pendonor yang terdiri atas 300 pendonor pria dan 23 orang pendonor wanita sudah lebih dari layak diberi penghargaan seperti acara hari itu.
Dengan data usia tertua 66 tahun, Hadi Sunarko (golongan darah B), dan Niko Abraham (golongan darah O) berusia 29 tahun jelas sudah sumbangsihnya. “Untuk mencapai angka 50 kali merupakan proses yang panjang dan memerlukan niat serta disiplin yang kuat untuk membantu sesama,” tandas Rini Sutiyoso, istri mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso atawa Bang Yos.
Dan sesungguhnya, tak sembarang orang bisa mendonorkan darahnya di PMI. Sebab, ada aturan baku, seperti dilontarkan Rico Ceper yang memandu acara dan melontarkan kuis-kuis dengan berbagai hadiah. Bahwa seorang pendonor darah, satu di antaranya “darah mesti aman” alias tak mengandung “ketidaksterilan” apabila diterima orang yang membutuhkan. “Benar!” jawab Rico ketika ada peserta yang menjawab benar seseorang untuk menjadi pendonor darah mesti memenuhi syarat.
Dalam bahasa Kepala Unit Donor Darah PMI Provinsi DKI Jakarta dr. Salimar Salim, MARS, “PMI Provinsi DKI Jakarta akan tetap mempertahankan mutu darah, sehingga dalam mengolah dan memproses darah dari pendonor terus dilakukan upaya peningkatan kualitas,” jelasnya.
Bagi Bambang Purnomo Jati, tentu menjadi catatan penting. Mengingat ia sudah melebihi angka yang ditentukan di acara Penghargaan Pendonor Darah Sukarela. Dan darah yang didonorkan aman. “Saya sudah lima puluh satu kali mendonor,” katanya ketika ia hari itu masih akan mendonor darahnya lagi di lantai dasar Gedung PMI itu ketika ditemui penulis.
Sebab, ia yang kemudian dipenuhi permintaannya berselfie dengan Bu Rini Sutiyoso, sudah lebih dari menyumbangkan darah. Ia yang tergabung dengan Passadi, kerap berbakti sosial. Di mana beberapa daerah sudah disambangi. Apalagi, ia pun kerap melakukan terapi jika sedang berada di daerah bencana. Sebab, Bambang punya keahlian hypno terapi. “Bahkan kami dengan anggota Passadi seperti bersaudara. Terutama teman-teman Passadi dari Bogor. Tiap bulan kami bertemu dalam acara arisan,” sambung pensiunan PNS Kepulauan Seribu yang tinggal di Tebet itu.
Kiprahnya yang lumayan itu, karena keringantanganannya sejak masih aktif di Pulau Pramuka, Pulau Pari, Pulau Kelapa, Pulau Untung Jawa dan di banyak Kepulauan Seribu yang jumlahnya ada 110 Pulau. Bambang selalu mengulurkan tangan untuk urusan kemanusiaan. Jadi, jangan lagi hanya mendonor darah sehingga ia mendapat penghargaan di PMI. “Selain untuk tetap aktif. Pensiun bukan berarti tidak punya aktivitas,” terang lelaki yang sudah pernah bakti sosial ke Tangerang, Bekasi, TMII, Jogja, Padang dan sampai ke Malaysia serta Vietnam itu.
Musik berdentam-dentam. Rico Ceper sang pemandu acara terus berseloroh. Juga memenuhi permintaan peserta penerima Penghargaan bagi Pendoror Darah itu untuk berselfie. Termasuk kepada Bambang, yang menyebutkan, bahwa istrinya dan ibu komedian itu yang baru-baru ini bertemu di Tasikmalaya untuk acara amal. Klop.