Senja di dermaga, biasanya sepi. Dan itu yang kunanti. Sehingga aku bisa membawa Desi ke sana. Bercengkerama. Mengacak-acak rambutnya. Menyumpal telinga, setelah menyibak rambutnya, dengan earphone. Satunya untuk kupingku. Lalu kami mengangguk-anggukkan kepala bersama. Hingga kadang bertemu, beradu, saling tatap. Tanpa kata-kata.
Laut cinta/ di mana kauberada/ oh, sedih ….!
Itu lagu wajib kami.
Sore makin rebah. Angin cuma kecil-kecil seperti enggan menyapa kami yang duduk menghadap laut mulai berombak teratur.
ku akan pergi meninggalkan dirimu
menyusuri liku hidupku ….
Aku menyanyi, saat telinga kami sama-sama tak disumpal earphone.
“Maksudku pergi beneran?”
“Ya, Desi. Takkan lama.”
Desi diam.
“Se tak lama-lamanya …aku akan kesepian.”