Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Sonata

TERVERIFIKASI

Wiswasta

Di Cilegon, Ada Tempat Madyang Hebat!

Diperbarui: 18 Agustus 2016   07:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nasi Gonjleng plus ikan dibalado: klop! (foto:Tamita)

SESEKALI, bolehlah menengok Negeri Baja, Kota Cilegon sisi paling barat Pulau Jawa ini. Di wilayah bagian Banten yang dikenal dengan para Jawaranya, ada kok sejumlah tempat mengudap atawa madyang nan nendang rasanya. Nasi Gonjleng, satu di antaranya. Dan satu-satunya di negeri ini.

Letak tongkrongan Nasi Gonjleng, berimpit dengan Rumah Dinas Walikota Cilegon, sisi kirinya. Tempat madyang ini diberitahu oleh Kompasianer Kang Nasir yang telah menulis buku CatatandariCilegon. Ya, saya dan Isson Khairul tahunya saat diundang acara bedah bukunya wong asli Cilegon, dan digiring ke tempat itu oleh Sutisna Abas sohib Kang Nasir.

“Bawa bae nang Nasi Gonjleng,” kata Kang Nasir memberi petunjuk kepada Sutisna yang juga punya pengaruh di Cilegon, hehehe. Maksudnya, kami diminta untuk menikamti makanan khas negeri baja ini.

TS dan Isson yang waktu itu nginep di Hotel persis sebelah Rumah Dinas Walikota (tempat bersejarah di mana bangunan model Belanda itu dijadikan kajian sejarawan Sartono Kartodidjo dalam bukunya “Permberantak Rakyat Banten” 1888) tinggal jalan kaki. Karena remoken, maka Tamita Wibisono dan Arum yang sepuluh Agustus dua ribu enam belas meliput Kongres Rakyat Banten pun kuajak madyang di situ.

Warung Nasi Gonjleng, ya kecil saja. Paling banter menampung dua puluh orang, itu pun pakai uyel-uyelan. Di mana calon pemadyang, bisa melihat menu nasi gonjleng plus lauk-pauknya: ikan disambal balado, sotong/unus/ cumi. Atau semacam gule dan sambal, tentu. Yang bisa ditaruh di atas nasi yang berwarna rada-rada mirip ketam item kalau dijadikan tape campuran uli. Sedangkan rasanya? Gurih dan beraroma Timur Tengah. “Itu karena dulu orang Banten banyak yang naik haji, dan belajar masak di sana,” ujar Kang Nasir.

Ini dia Nasi Gonjleng (dok. Tamita)

13920833-762182177255583-5816996051043811884-n-57b4f7f24ff9fd4e462b60d3.jpg

Ah, hajar saja. dari mana asal-usulnya. Usil amat. Emang enak dan unik, kok. Sehingga kami berempat: Isson-Tamita-Arum-TS ndakileng-ileng yang lain. Tandas untuk porsi yang lumayan. Isson yang berdarah Padang pun ndak make mikir – boleh jadi lauknya ikan kembung besar dibalado, hohoho!

“Rin, itu krupuk!” mangsudnya, mengingatkanku untuk tidak lupa sebagai Si Jawa mengudap krupuk. Hehehe. Tentu saja, tangan kiriku pun memegang kemudi makanan enteng putih masuk bareng Nasi Gonjleng: The One and Only in Cilegon.

PecakBandeng

Mengenai Nasi Gonjleng yang satu-satunya itu, kami berempat hanya diganjar bayaran seratus sepuluh rebu saja. Murah atawa sepadan. Memuaskan. Sehingga Tamita perlu moto-moto dan kemudian mengungah ke FB-nya. Bahwa Nasi Gonjleng menjadi pelengkap negeri nan penuh warna nasi: Nasi Uduh, Nasi Gandul, Nasi Pecel, Nasi ….macem-macelah.

Makanya, malam harinya kami mencoba kuliner lain di Kawasan JLS? Apa itu JLS: Jalan Lingkar Selatan. Yang malam hari, hm …berderet lesehan makanan macem-macem: nasi liwet, nasi goreng, mie rebus, nasi uduk, ikan bakar dan …hasil observasi beberapa menit pilihan jatuh pada yang bakar-bakar dan ada sambelnya. Ya, dasarnya emang empat orang suka pedes-pedes. Padahal yang Padang hanya Isson. Arum, Tamita dan TS Jawa, lho! Yang bisa dan biasa mengudap gudeg yang manis-manis gaya Jogjanan. (Oya, minuman hangat di sini pun lengkap, juga pernah ditulis Tamita tentang Bir Jawa yang berada di belakang Gedung DPRD Cilegon).

13920936-762310390576095-5450979837407618339-n-57b4f822f27e61a807814d98.jpg

Kuliner malam hari di JLS Cilegon. (dok Arum)
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline