Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Sonata

TERVERIFIKASI

Wiswasta

Politikus Minta Maaf, Cukup Mejeng di Spanduk Jalanan

Diperbarui: 15 Juli 2016   10:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memasang spanduk ala Sukribo di Lebaran (repro: KOMPAS)

SURVEI membuktikan: lebaran juga menghasilkan pameran spanduk di sepanjang jalan. Di tempat-tempat strategis, perempatan, pertigaan, pelabuhan, terminal, stasiun, serta pohon-pohon, gunung-gunung: di ruang publik negeri. Tak hanya produk, yang menggunakan momentum ini sebagai ajang promo: dari makanan, gadget, toko baju, sampai rokok.  Juga orang-orang partai dan partainya. Kok seperti klaim: saya pun minta disucikan.

Kalau saya punya uang, dan perlu narsis, barangkali akan berbuat sama seperti orang-orang partai yang pernah menduduki peringkat atas dalam soal korup dalam kategori institusi. Sehingga perlu bersih-bersih diri saat lebaran yang disebut para agawan sebagai kembali menjadi orang suci, fitri. Dengan memejeng spanduk di tempat-tempat strategis, kalau perlu membayar secara resmi. “Mohon maaf lahir batin” adalah klaim paling halus atas perbuatannya sebelas bulan lalu atau lebih. Menggaruk yang bukan haknya.

Eh, untunglah ada Sukribo dalam tajuknya “Maaf Lahir dan Batin” di KOMPAS Minggu (10 Juli 2016), silakan simak gambar di atas. Kenapa sepikiran denganku? Entahlah. Karena para pemasang diri – khususnya orang partai – di spanduk-spanduk pada lebaran 1437 Hijriyah ini tak ingin kehilangan momentum pas. Meski selain potret dirinya mesti (kadang, ding) dibarengi foto Ketua Umum Partai sebagai kekurangpercayaan diri sebagai orang terkenal dan sesungguhnya berhati bersih.    

Lebaran tahun ini saya tidak mudik, pulang ke kampung. Tapi agak kebetulan, sempat ke luar kota: Subang dan Bogor. Dan menjumpai spanduk-spanduk (di luar Jakarta) yang diisi oleh orang-orang partai berselamat Hari Raya Idul Fitri, dan mohon maaf lahir dan batin. Di pertigaan masuk Jalur Puncak (persisnya) sekeluar dari tol Jagorawi, bahkan ada spanduk ketua partai yang kebetulan dapilnya Bogor. Ketua partai yang pemaaf, membela pemerkosa dan bahkan menyumbang uang kepada pelaku perbuatan bejat itu. Entah apa maksudnya.

Spanduk orang partai (foto:TS)

Saya tidak tahu secara persis, mereka-mereka para politikus itu dengan masa lalunya. Saking banyaknya orang partai ini memasang dirinya di spanduk-spanduk saat Hari Raya ini. Namun, memang, ada yang terindikasi melakukan perbuatan tercela – untuk tidak mengatakan maling uang rakyat alias korup – pada masa lalunya. Setidaknya, secara de jure maupun de facto, ia pernah masuk ke penjara atas vonis yang diberikan kepada dirinya untuk perbuatannya itu.

Inilah yang mungkin disebut Pilatus: “mencuci tangan” di hari yang penuh maaf dan barokah apabila Idul Fitri disebut sebagai momentum untuk meminta Maaf Lahir dan Batin secara terbuka di spanduk-spanduk yang hanya selembarnya lima puluh ribu rupiah (ini saya tahu karena pernah menjadi juragan, eh penerima order pembuatan spanduk untuk ukuran 4 meter dengan lebar standar 1 meter).

Saya tak ingin mempermalukan wajah-wajah para politikus (sebenarnya) itu di sini. Mengingat mereka, boleh jadi, sudah sadar akan kelakuannya. Untuk meminta maaf secara lahir hingga batin. Lha, Tuhan saja maha pemaaf, kok. Walau untuk merampok uang rakyat (ketika dilakukan mereka) tak memikirkan ada Tuhan di mana-mana. Seperti spanduk yang bertaburan itu. ***      




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline