Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Sonata

TERVERIFIKASI

Wiswasta

Orchestra Gotong Royong di BPJS Kian Harmoni

Diperbarui: 20 Juni 2016   06:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gotong royong, dan kita sehat semua - www.bpjs-online.com

SATU orang sakit, orang lain ikut merasakan. Begitu selazimnya. Pertanda bahwa si sakit layak untung ditolong, disembuhkan. Sehingga berlanjut: rakyat sehat negara lebih produktif.

Ketika orang jatuh sakit, sesungguhnya ia tak berkehendak. Lebih-lebih di era modern. Ongkosnya mahal. Beruntung, tahun-tahun terakhir ini Negara punya peduli dengan masalah yang tak dikehendaki orang sehat badan dan pikirannya. Namanya BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan. Di mana hingga tindakan operasi dengan peralatan modern, pun bisa diperoleh warga negara yang dalam ekonominya susah-payah, ekonomi lemah. Bisa ditolong. Dan semua itu, berkat saling silang “dana” dari sesama warga-rakyat dengan difasilitasi negara.

Ilustrasi orang sakit dan ketika berobat, bisa banyak cara dan mendatangkan cerita. Sukanya, apabila si sakit menjadi sembuh, dan keuangan tidak runtuh. Sebaliknya jika kemudian berujung duka, walau, “Untuk urusan nyawa, Tuhan yang Kuasa,” kata Bayu Wahyudi, Direktur Hukum, Komunikasi, Hub. Antar Lembaga BPJS Kesehatan dalam acara nangkring di Gedung Kompas Gramedia Palmerah Barat, Jakarta.

Acara yang sesungguhnya super rumit, dari bibir lelaki berkacamata itu menjadi ger-geran. Bahkan sempat menyebut saya, Thamrin Sonata, yang bertanya di awal kesempatan Tanya-jawab: disebut sebagai anggota grup dangdutnya Bang Haji Rhoma Irama: Soneta. Sehingga Nurulloh sebagai moderator nyeletuk: wah, bisa-bisa kita di sini menjadi “sakit” karena Pak Bayu kerap terpeleset ucap, walau itu disebut Pak Bayu untuk mencairkan suasana.

Memang, cerita orang sakit adalah cerita yang kerap memeras airmata. Apalagi, jika “gagal” sembuh ketika sudah melalui perjalanan pengobatan di sebuah Rumah Sakit. Nah, di sinilah lika-liku orang sakit dan bagaimana mendapatkan pengobatan-perawatan di era modern di Indonesia ditangani di Rumah Sakit, baik RS Negeri maupun RS swasta dan ada peran BPJS. Setidaknya, harapan dengan kita adanya BPJS Kesehatan – sebagai metamorphosis Askes. Ya, dulu dulu kelewat elitis bagi masyarakat tingkat bawah yang “tidak bekerja” untuk mengetahui apa itu Askes.

Tiga Unsur, dan Bahu-Membahu, Mestinya

Tiga unsur agar masalah yang tak ingin dialami oleh kita sebagai manusia, dan bisa menuju gotong-royong, sehingga masyarakat sehat dan Negara menjadi kuat, sesungguhnya tiga unsur yang saling mengait. Yakni: Rakyat atau warga (si sakit), Rumah Sakit dan sejenisnya (Pelaksana), dan BPJS yang sejak 2 (dua) tahun belakangan ini nge-hit. Menggiring penyadaran kepada warga. Bahwa, masalah yang bisa datang sewaktu-waktu,. Selazimnya untuk disikapi dengan bijak. Tidak menggunakan aji kepepet, ketika sakit baru mengurus agar bisa “berobat gratis”.

Ini disadari oleh Pak Bayu, yang memaparkan persoalan-persoalan yang ditampung di lembaganya BPJS. Terutama jika ada warga yang sakit dan tidak ditangani oleh Rumah Sakit secara baik, transparan dan profesional. Namun, jika menilik kini RS Swasta bertambah dari awalnya “rela” menjadi mitra BPJS di kisaran 49 persen, sekarang sudah di atas lima puluh persen bias disebut sebagai sebuah indikasi kesadaran dari salah satu untuk penting dalam konteks ini. Memang, kondisi ini sebagian dari adanya RS yang memanfaatkan dalam kesempitan yang sangat tidak manusiawi. Setidaknya, apa yang penulis lihat dan amati di lapangan. Semisal, ada RS Swasta yang tidak jujur demi mencapai keuntungan. Meminta pasien untuk mengakui ditangani dengan biaya di atas yang semestinya. “Kami sudah mengetahui, dan kami akan menegur serta membina mereka,” lanjut Pak Bayu.

Warga pun Dituntut Aktif

Dari sisi warga yang menggunakan jasa BPJS pun, sudah selayaknya untuk berbuat baik – dengan membayar iuran sesuai dengan pilihannya. Baik yang terendah maupun yang teratas – antara sebesar 25. 500 sampai dengan 80. 000 per bulannya. Meski, ketika menunggak pun, masih diupayakan dan diingatkan untuk tetap “membayar” kembali tanpa perlu di-dop-out atau ditendang dari keanggitaannya. Ini, bisa karena berbagai sebab – namanya juga berkait dengan keuangan dalam sebuah keluarga. Namun sangat disayangkan apabila merasa sedang sehat, dan tidak membayar. Tidak begitu, mestinya. Karena di sinilah sifat dan niatan dari kegotongroyongan untuk soal sehat bersama ini.

Dengan konsep yang terus dibenahi, mestinya warga menyadari apa arti “tetap sehat” bersama alias dengan gotong royong ini. Karena, cerita ribet dan mendatangkan duka-cita pada lima tahun lalu, misalnya, warga sakit dan perlu ramai-ramai menggalang dana masyarakat itu sebuah upaya yang tidak merata. Sebaliknya, jika menyadari bahwa dengan dikelola oleh BPJS, pelan-pelan akan memasuki sistem yang baik, benar dan unsur kebersamaan yang berujung pada Negara dan kita hidup secara berbangsa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline