Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Sonata

TERVERIFIKASI

Wiswasta

Langitnya Sama di Senja-senja Sonata

Diperbarui: 6 Februari 2016   10:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen Thamrin Sonata

 

Never mind, I’ll find someone like you

I wish nothing but the best for you*

 

Grung! Grung …!

Sepeda motor hijau itu pun meraung. Membawa Tika di belakang Sonata. Sang wanita hanya sekali menegakkan badan, selebihnya menggayut dan mendekap Si lelaki. Sekuat-kuatnya rengkuhan  kedua lengannya. Jaket kulitnya dan jaket kulit si pengendara tembus melalui hati. Dalam debar dan frekuensi yang sama.

“Kita ke mana?” ketika lampu merah menyala di sebuah perempatan. Suaranya dikeraskan.

“Ke mana saja!” sahutnya tak kalah kencang.

Perbincangan singkat dari sepeda motor besar hijau sempat membuat beberapa orang yang mengendarai sepeda motor di kiri kanannya menoleh. Sembari membisik dan menyimpan dalam hati. Adakah yang lebih indah dari sepasang anak manusia yang mengarahkan mereka ke pantai ujung asa.

Ke mana saja dan sampainya kapan, tak penting. Tika pun tak pernah menanyakan kelanjutannya. Sepanjang ia bisa mendekap Sonata. Hingga senja di ujung pantai yang digurati teja, garis-garis merah. Lukisan Sang Pencipta yang berubah-ubah saat angin meniupnya kapan pun juga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline