Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Sonata

TERVERIFIKASI

Wiswasta

Kompasianer Jerman Ini Menerbitkan Buku dengan Kata Pengantar Menteri Linda Gumelar

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

repro: TS

Judul: 38 WIB, Wanita Indonesia Bisa

Penulis: Gaganawati

Kata Pengantar: Linda Amalia Sari Gumelar

Editor: Thamrin Sonata

Penerbit: Peniti Media

Tahun: Januari, 2014

Tebal: 310 halaman +

TAK kenal maka tidak sayang diejawantahkan oleh Gaganawati dengan cerdas. Menuliskan sejumlah relasi perempuan dengan “batas” 38. Dengan berbagai-bagai latar belakang dan kegiatan, untuk tak menyebut karier di wilayahnya masing-masing. Menjadi full colour. Sungguh!

Ya, 38 orang Wanita Indonesia ini bisa direngkuh oleh penulis karena ia energik. Tak bisa ditampik pula latar belakangnya sebagai orang media, terutama saat di Semarang bumi kelahirannya sebagai penyiar radio dan latar belakang pendidikan yang mendukung. Juga menjadi anggota kompasiana. Jadilah.

Paduan Njawani dan meng-Eropa, tak bisa dinafikan begitu saja dalam mengguratkan 38 orang Indonesia pilihan penulis. Sebab, ia berasal dari Jawa – bahkan bisa disimak dengan gelar di depan nama dan latar belakang orangtuanya. Sedangkan meng-Eropanya – tepatnya Jerman – tersebab sang suami: Stegmann. Tak sekadar nama Negeri yang dikenal sebagai Panser itu. Namun gugatan-gugatan keras berupa: jender, kekerasan KDRT, single parent dan sebagai wanita mesti menuntaskan jalan hidupnya. Apa pun nama dan jalan yang dirambah.

Dari sini tampak jelas, penulis menghimpun wanita-wanita itu: jurnalis, penyiar, seniman, desainer,penulis, dosen, Kepala Daerah, karena kedekatan dan sekaligus sebagai wanita – baik Jawa maupun Jerman yang gegas. Serenteng profil itu menjadi mengerucut pada niatan penulis. Bahwa ada wanita-wanita dengan berbagai-bagai latar belakang “bisa” dijadikan pumpunan bagi siapa saja. Artinya, bila di lingkungan wanita: ini dia “kami” yang bisa berbuat dengan berbagai cara, dan bisa melewatinya. Sedangkan jika ada di lingkungan pria: perlakukan “kami” sebagai manusia seperti kalian juga. Sepadan mestinya.

Keterbatasan ruang dan waktu penulis, disiasati dengan arif. Sehingga dari deret wanita yang diprofilkan ini, bernas. Ia “meminjam” bahasa masing-masing Nara Sumber bersangkutan, semisal kebiasaan di antara mereka bertutur dengan kata ganti orang pertama tunggal “aku”, sehingga menjadi lebih dekat dan membumi. Sebuah upaya sederhana, namun mendekatkan bagi yang membacanya: siapa, apa dan bagaimana mereka menjadi “bisa”. Bisa apa? Survive sebagai pribadi, menggapai karier, menorehkan karya atawa mendampingi suami, dan berkeluarga.

Ditambah dengan yang meng-endorsement semisal Christie Damayanti, Ellen Maringka, Faisal Basri, hingga punggawa kompasiana Pepih Nugraha dan Dr. Drs. KMRT Setyadji Pantjawidjaja Sasraningrat yang orangtua penulis. Menunjukkan keleluasaan penulis seraya menyebutkan para kompasianer mbeling Bain Saptaman, Maria Margaretha, hingga Pak Tjiptadinata Effendi yang menjadi relasinya. Belum orang-orang dekatnya, suami, anak yang tak bisa tidak ikut menjadikan buku yang covernya digarap Stegmann dan dengan modelnya Gaganawati: memasak tulisan para wanita Indonesia bisa. Hm. ***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline