Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Sonata

TERVERIFIKASI

Wiswasta

Jonan, Sang Jagoan

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

141843408275202679

Gedung Sasono Utomo, TMII sekitar pukul 9.an, seorang berbaju safari meminta saya untuk minggir. Saya yang berada di punggung panggung atas dan bersuasana redup, kaget. Ada apa? Ternyata ada seorang menteri yang akan lewat. Saya pun minggir, memberi jalan menurun pada lelaki berbaju putih lengan pendek berambut pendek.

“Semua sama, satu kelas!” kata Ignasius Jonan perihal pelayanan commuterline yang bisa disebut sukses. Walau untuk itu, lelaki berbaju putih itu berdarah-darah membenahi perkeretaapian negeri ini. Sehingga tak ada lagi pemandangan orang-orang nekad duduk di atap kereta – terutama untuk Jabodetabek. Lebih dari itu, Stasiun Keretaapi dan yang berkaitan dengan keretaapi sejak setahun tahun terakhir ini demikian kinclong. Orang menjadi nyaman naik kereta api, tak hanya untuk pengguna commuterline. Karena kereta kelas ekonomi antarkota pun berubah drastis: nyaman.

14184341331348923710

Ignasius Jonan ketika di acara Kompasinival 2014, TMII. (foto:TS)

Pemaparan itu membuat saya respek. Saya termasuk orang yang tak gampang meng-iyakan statement tokoh public jika tak mendengar langsung perihal “kehebatan”nya. Pasalnya, ada saja media yang tak membuat tulisan/laporan secara tak seimbang. Sehingga, seolah-olah ia hebat dan kata-katanya demikian bertenaga alias sakti.

“Pak Dahlan ngajarin orang tersenyum. Saya waktu itu ditugaskan BUMN, satu-satunya yang saya ingat, diajarin kalau jadi CEO itu harus tersenyum. Dalam hati saya bilang, orang yang bisa jalankan KAI sambil tersenyum itu gila,” ungkap Jonan, ketika ia ditabalkan menjadi Marketeer of The Year 2014, Kamis (11/12) oleh Majalah Marketeer karena beres membenahi moda angkutan yang khas ini.

Tolok ukur dari keberhasilan, tentu ada ukurannya dan terukur. Yakni lewat angka-angka. Dan Jonan, bisa diterima untuk alasan itu. Di mana kinerjanya ketika menjadi masinis KA, ia membubuhkan keuntungan yang signifikan. Yakni dari PT KAI yang merugi 83,5 (tahun 2008) miliar menjadi untung hingga 154,8 miliar.

Catatan kecil ini, hanya sebagai sebuah harapan pada (para) pemimpin negeri ini, yang masih bisa dibilang morat-marit. Terutama kepiawaiannya dan integritas. Memang, tak perlu seperti Jonan yang bisa meringkuk tidur di bangku penumpang keretaapi untuk acara sidaknya itu. Ia adalah tipe orang yang bekerja tanpa embel-embel. Bekerja dan memperbaiki, sesuai dengan kemampuannya. Jika sekarang Sang Jagoan diganjar untuk membenahi Kementerian Perhubungan, kita masih mempunya asa. Di lingkungan ini bisa melayani publik secara baik. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline