Lihat ke Halaman Asli

Rendahnya Kesadaran Masyarakat Bandung terhadap Sampah

Diperbarui: 20 Desember 2022   14:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bandung- Sampah masih menjadi salah satu masalah yang cukup serius di Kota Bandung.  Hal tersebut bisa dibuktikan dari banyaknya intensitas banjir yang masih terus terjadi di Kota Bandung.  Berbagai faktor menjadi penyebab terjadinya bencana banjir ini, salah satunya ialah terkait pengelolaan sampah di Kota Bandung.

Ada sekitar 1.200 - 1.300 ton sampah yang dihasilkan Kota Bandung setiap harinya, terdiri dari jenis dua jenis sampah, yakni sampah rumah tinggal dan sampah komersial yang mana 60% nya masih didominasi oleh sampah rumah tinggal.

Dalam pengelolaanya sendiri, dibawah naungan Dinas Lingkungan Hidup, UPT Pengelolaan Sampah Kota Bandung berdasarkan Peraturan Daerah terkait pengelolaan sampah membagi dua tata cara penjemputan sampah, untuk sampah rumah tinggal biasanya akan dikelola oleh pejabat setempat seperti RT, RW atau kelurahan untuk kemudian dibawa ke TPS lalu diangkut ke TPA. Sedangkan untuk sampah komersil seperti sampah pertokoan, sekolah itu ada istilah "jemput bola" dimana sampah akan secara langsung diangkut ke TPA tanpa melalui TPS.

Dimusim penghujan seperti sekarang ini, UPT Pengelolaan Sampah Kota Bandung berfokus kepada TPS-TPS dimana saat ini sedang terjadi penumpukan sampah dikarenakan adanya kendala berupa antrian di TPA yang mengakibatkan banyaknya penumpukan sampah disekitar area TPS.

Dari banyaknya permasalahan terkait sampah UPT Pengelolaan Sampah Kota Bandung mengusung program unggulan yang diharapkan mampu menjadi jalan keluar, program-program tersebut diantaranya ialah Sekolah Kang Pisman, Bank Sampah Induk dan jasa angkut sampah besar khusus untuk warga yang berdomisili di Kota Bandung yang diadakan setiap hari Selasa dan Kamis.

Menurut Nugroho Bayu selaku Humas UPT Pengelolaan Sampah Kota Bandung yang ditemui pada 02 November 2022 lalu menyatakan bahwa karena kesadaran masyarakat yang masih rendah akan pentingnya pengelolaan sampah, program tersebut tidak terlalu memberikan pengaruh yang cukup signifikan.

"dikondisi penghujan seperti sekarang ini, sebaiknya masyarakat lebih dulu melakukan pemilahan dari rumah, dipisahkan antara sampah organik dan anorganik, cukup residu dalam artian sampah yang tidak bisa kembali diolah saja yang diserahkan, sisanya bisa dikelola mandiri atau bisa mendaftarkan diri ke bank sampah untuk disetorkan" pungkasnya

Nugroho Bayu juga menghimbau kepada seluruh warga Bandung untuk tetap menjaga kebersihan, apalagi sampah agar terhindar dari bencana Banjir pada bulan penghujan seperti sekarang. Warga Bandung juga bisa berpartisipasi dalam mengurangi sampah residu dengan cara bergabung di Bank Sampah Induk Kota Bandung yang tentunya salah satu cara mengubah sampah menjadi uang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline