Lihat ke Halaman Asli

Thaifur Rahman

Mahasiswa di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Arnitta: Seorang Storyteller yang Harus Kita Teladani

Diperbarui: 13 Januari 2023   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ikan kecil ada dagingnya. Ikan besar ada tulangnya. Sekecil apapun yang kita punya pasti ada potensinya. -Arnitta

Akhir-akhir ini, aku sering buka Youtobe dan dengarin Podcast. Untuk sementara, podcast yang aku suka punya bang Daniel Tetangga Kamu. Video yang diunggah menceritakan tentang bagaimana sikap seorang tetangga antar tetangga tanpa melihat adanya keyakinan yang dianut. Nanti aku tulis di episode blog selanjutnya ya. Sekarang fokus ke Mbak Arnitta dulu.

Baik. Mbak Arnitta ini seorang perempuan kelahiran Medan, Sumatera. Ia dididik oleh orang tuanya sedisiplin mungkin, akibatnya ia selalu memperoleh juara satu dari SD sampai SMP. "Kalau kamu juara, ayah kasih uang jajan, tetapi kalau ga juara, ayah ga bakal ngasih uang jajan." Ungkap ayahnya. Namun pada akhirnya karena hidup bukan melulu tentang di atas, tepat kelas 5 SD semester 1, Mbak Arnitta gagal meraih juara satu, ia turun selangkah. Sang Ayah tidak akan menarik kembali apa yang telah dikatakannya waktu itu. Hilanglah selama satu semester uang saku dari sang Ayah. Setelah itu, Mbak Arnitta tak patah semangat, ia bangkit dan belajar lebih giat lagi. Proses tidak pernah menghianati hasil, juara satu kembali digenggam sampai tamat SMP. Nilai lebihnya, setelah lulus dari SMP, ada tawaran beasiswa dari SMA Katolik. Tanpa pikir panjang, ia mengambilnya.  

"Ayah melepas tanggung jawab kalau sudah lulus SMA, kalau mau lanjut pendidikan harus mencari biaya sendiri, kata Mbak Arnitta di podcast Rukun Indonesia. 

Selama tiga tahun di SMA Katolik, ia tetap menunjukkan karakter didikannya sang Ayah, menjadi seorang yang juara. Berakhir dengan manis dan lagi-lagi tawaran beasiswa ke IPB (Institut Pertanian Bogor). Di sinilah cerita dimulai. Tentang seorang perempuan yang hijrah dari keyakinannya. Tentang seorang wanita yang mampu bertahan di atas pilunya keluarga. Tentang seorang perempuan yang tidak salah dalam memilih. Tentang seorang permpuan yang harus berprestasi.

Mbak Arnitta adalah seorang perempuan yang beragama kristen. Dia menjadi muallaf sejak menjadi maba di IPB. Waktu itu, dia sekamar dengan orang muslim, perempuan (kalau laki-laki bisa bahaya nih, coba saja liat gambarnya di atas, cantik bukan?) Perempuan muslim itu sedang membaca al-Qur'an di dekat Mbak Arnitta. 

"Emang ga bisa bca dalam hati ya?" Ucap Mbak Arnitta. 

"Nggak bisa, membaca al-Qur'an itu harus dilafalkan agar tahu mana letak kesalahannya nanti." Jawab si perempuan muslim. 

Kejadian itu membuat Mbak Arnitta kesal banget dan di hari berikutnya, ia membalas dengan membacakan ritual ibadahnya seraya nyaring. "Bukankah di agamamu bisa dibaca dalam hati, dan itu pun pakai bahasa Indonesia?" respon perempuan muslim. "Iya juga ya." Benak Mbak Arnitta.

Di IPB, mahasiswi memakai kerudung, pada akhirnya di minggu pertama Mbak Arnitta mulai mencari referensi/pengetahuan tentang Islam. Ketemulah dengan Video Dr. Zakir Naik yang menyatakan "Islam itu lebih Kristen daipada Kristen." Ia marah besar tidak terima dengan hal itu. Ia terus menonton video Dr. Zakir Naik yang membahas Islam sembari membuktikan dari setiap kalimat yang diucapkan. Kita tahu sendiri kan bagaimana Dr. Zakir Naik ketika beragumen? Ia pasti mendasarinya dengan dalil dan anehnya ia hapal semua termasuk bibel. Mbak Arnitta akhirnya takjub dan memutuskan untuk masuk Islam. Diikuti juga dengan menonton cermah UAS, Adi Hidayat, Hannan Attaki. Bertambahlah keyakinnya untuk masuk Islam.

Setelah masuk Islam, apa yang terjadi kemudian? Ia memberi tahu sang Ayah dan Ayah marah besar karena Mbak Arnitta pindah keyakinan. Akhirnya dicoretlah namanya dari KK. Begitu memilukan bukan? Tapi Mbak Arnitta tidak putus asa. Ia akan tetap terus membuktikan pada Sang Ayah bahwa Islam itu agama yang ramah dan damai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline