Lihat ke Halaman Asli

Rizieq ramadhan

full time bengong, part time lover

Santri "Salafi" dan "Modern" Perdebatan yang Tidak Pernah Selesai

Diperbarui: 7 Desember 2023   13:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Santri Salafi dan Modern, perdebatan yang tidak selesai

 

Istilah ini cukup populer di kalangan santri, yaitu istilah santri salafi dan modern, banyak ciri untuk membedakan keduanya. Pertama, santri salafi identik dengan kitab kuning , diajarkan dengan metode terdahulu oleh kiai dan ustaz, sedangkan santri modern dengan upaya penyederhanaan seringkali membuat kitab baru dengan merujuk pada referensi dahulu dan sekarang. Karena sebenarnya tidak jauh berbeda pun yang dipelajari tetap ilmu agama, selalu ada kebutuhan konflik untuk membenturkan keduanya sampai perdebatan itu tidak pernah selesai sampai sekarang.

Saya kira dunia modern hari in mengenal istilah konservatif dan progresif, Ciri yang disematkan pada santri salafi dan modern. Santri salafi yang tidak bersekolah membuat narasi dan doktrin negatif terhadap sekolahyang dibangun kuat di lingkungannya, sedangkan santri modern yang mempersatukan pendidikan agama dan pendidikan umum menganggap kolot santri salafi, terus begitu persoalannya dan tidak pernah berhenti.

Pun corak perilaku yang ditampilkan antara santri salafi dan modern seperti 2 kutub magnet yang berlawanan, satunya berada didunia yang berbeda. namun hal ini seringkali disalah artikan, sebab perbedaan metode pendidikan di seret menjadi perbedaan tata laku beragama. Santri salafi yang dianggap tidak mau menerima keterbukaan dan kemajuan zaman dan santri modern yang melupakan rujukan dahulu dengan banyaknya rombakan atas banyak aspek keislaman. perbedaan itu tidak di gantungkan pada satu titik tolak yaitu bahwa mau tidak mau sistem pendidikan keislaman mesti menerima perubahan zaman.

Saya menjadi salah satu orang yang menjalani Pendidikan di kedua metode tersebut, sehingga tahu bagaimana percakapan itu terjadi,  perdebatan itu tidak lagi sehat sejak adanya rasa unggul dan saling merendahkan satu sama lain. Sebab keduanya mungkin tidak pernah bertemu untuk menyatukan satu pokok masalah dan selesai dengan apa yang diyakininya.

Saya kira, keduanya tetap cocok diterapkan hari ini, seperti tadi diatas, progresif dan konservatif adalah definisi yang salah alamat kalau disematkan pada santri salafi dan modern, Gus Baha adalah contoh terbaik untuk melihat bagaimana sistem Pendidikan bisa berkelindan. Tidak ada santri salafi, tidak ada santri modern yang ada hanya santri. Gus Baha sering mengisi seminar dan kuliah di kampus-kampus yang kebiasaan itu tidak lekat dengan Gus Baha yang mondok di pesantren salafi.

Saya secara pribadi menikmati kedua momen itu, sebagai santri salafi biasanya kita dekat secara fisik dengan Kiai, saat menjadi santri modern saya bisa banyak belajar organisasi dan lain sebagainya. Sudah basi rasanya kalau terus digoreng, yang dipelajari sama, tujuannya sama hanya proses nya yang berbeda dan bukan masalah. Apalagi kalau sudah membawa paham agama untuk melarang satu sama lain, kiranya itu berlebihan.

Santri salafi biasanya memenuhi desa-desa, dan itu yang dibutuhkan masyarakat agar kalau-kalau santri modern itu tidak mampu menjangkau sampai grassrooth. Yang seperti ini ada baiknya sebagai cara membagi tugas satu sama lain sehingga kebutuhan umat terpenuhi. Kita bisa lihat banyak orang hebat datang dari keduanya. Sekali lagi, narasi negatif satu sama lain adalah kewajiban untuk dihentikan sekarang juga.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline