Seringkali kita mendengar ucapan dari mulut SBY supaya lebih mengutamakan hidup dalam kesederhanaan hemat dan jangan boros.Namun sebaliknya dalam praktik yang dilakukannya justeru menghamburkan uang rakyat hanya utuk acara yang tidak terkait langsung dengan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Misalnya apa keuntungan bagi rakyat Indonesia hanya mendengar pidato yang berkepanjangan,monoton yang tidak pernah ada solusi kongkrit bagi keuntungan bangsa Indoesia.Dalam pidatonya bisa dipastikan selalu pembangunannya maju,ekonomi meningkat,angka kemisikinan menurun,pembernatasan korupsi berhasil.Kenyataannya berbeda dengan isi orasinya tersebut,yang selalu terulang tiap tahunnya.
Padahal yang semakin meningkat kesejahteraannya hanya segelintir dari anggota DPR,yang hanya untuk mendengar pidato gituan saja harus menghabiskan dana sebesar 1.283.020.000 rupiah,yang kemudian akan dibagi-bagikan kepada seluruh anggota DPR yang mendengarkan orasi SBY sambil mengelamun dan manggut-manggut .
Begitu borosnya rejim pimpinan SBY ini sehingga jika menguntungkannya sendiri,milyaran rupiah dengan segera cair .Akan tetapi sekiranya bagi pembangunan kesejahteraan rakyat banyak,dana sekecil apapun susahnya setengah mati itupun belum tentu mencair juga dananya.Pidato semacam itu tiap saat didengar oleh bangsa Indonesia,sehingga sangat membosankan karena kurang solusinya.
Dalam rangka HUT kemerdekaan RI yang ke 67 rasanya tidak ada yang istimewa,karena sejak dari kalangan elite penguasa birokrasi sampai masyarakat diakar rumput sekalipun acaranya tidak berubah dari itu keitu juga.Dari pidato-pidatoan seremonial sampai panjat pinang tradisional,yang sumber dananya juga dikutip dari warga masyarakat.
Kemungkinannya hanya sebatas itulah penghayatan mereka terhadap arti dan makna hakiki kemerdekaan Indonesia,serta begitu pula rasa nasionalisme mereka yang selaras dengan besarnya jumlah keuntungan yang bisa diraih mereka.Inilah yang bisa dilihat dari gejala-gejala yang semakin jelas tampak dalam kalangan elite politik Indonesia,yang semakin sulit dirobahnya dan jikapun berubah kemungkinan tidak cukup waktu lagi bagi mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H